🍁🍁
Manusia memang terkadang tidak konsisten dengan ucapannya sendiri, Khanza contohnya baru tadi siang ia bicara soal mandiri ia tidak boleh mengantungkan kebahagiaan pada pasangan.
Tapi sore ini perempuan itu menangis pada Raga ketika mendapati Raza sudah tidak berada didalam kandangnya, Raga yang baru saja tiba dirumahnya melepas sepatu kaget mendengar Khanza menangis mengadu soal kehilangan Raza.
Dengan terisak kecil Khanza memanggil kucing itu dengan namanya, sesekali mengeong namun belum juga mendapati Raza.
"Seingat gue, kandangnya gue kunci kok Kak beneran. Gue nggak mungkin teledor!" celoteh Khanza.
"Iya Za, gue nggak marah. Tenang ya, kita cari sama-sama dengan tenang biar cepat ketemu." kata Raga berucap lembut.
Mereka berkeliling gang kecil dengan deretan kost-kostan mereka datangi untuk mencari keberadaan anak kucing putih itu. Khanza sampai ngos-ngosan, ia duduk sebentar untuk menetralkan napasnya yang memburu padahal tidak ada yang menyuruhnya cepat menemukan anak kucing itu.
"Raza, ayo muncul. Lo udah bikin cewek gue panik, sedih, dan capek." Raga mengelus pundak Khanza sambil menajamkan penglihatannya, menelisik sekitar berharap anak kucing putih itu cepat ketemu.
"Kalau sampai Raza ngga ketemu gimana dong Kak?" keluh Khanza.
"Kucing liar masih banyak kok Za, nanti kita adopsi ulang yang nggak nakal kayak Raza ya."
"Nggak mau, gue udah sayang sama Raza!" tekan Khanza.
Raga menghembuskan napas panjang. "Iya Mamah Raza,"
"Lo nggak sayang sama Raza ya Kak?"
"Sayang Za, tapi gue nggak suka kalau dia buat lo nangis." jawab Raga.
Bibir Khanza mengerucut, ia terharu sekaligus speechless. Tangan Raga menuntunnya untuk kembali ke kost-an, duduk di teras untuk istirahat dahulu. Khanza masih menggunakan rok abu-abu dengan atasan kaos putih, ia baru sempat melepas kemejanya karena keteteran mencari Raza.
Meong ...
Raga dan Khanza sama-sama menoleh kearah sumber suara, Khanza berlari kearah dapur dan mendapati anak kucing putih yang mengerjapkan matanya menatapnya tanpa dosa.
"Raza sejak kapan di situ?" heran Khanza, langsung mengangkat kucing Raza yang ditemukan berbaring di bawah meja dapur.
Ia membawanya pada Raga yang menyandarkan tubuhnya di tembok teras rumah, menatap jengah sekaligus gemas pada anak kucing putih yang sempat membuat gempar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA
Teen FictionRaga Artajiwa. Seperti namanya, Raga. Dia Raga untuk Keisha, dan juga Raga untuk Khanza. Bagi Keisha Lavanya, Raga tidak hanya sekedar sahabat tapi juga tempat berpulang dari segala gundah yang terjadi, Raga tempatnya berkeluh-kesah dari segelintir...