18. Not territory

88 8 12
                                    

🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁

Raga kembali bekerja hari ini, kembali bisa menghirup aroma biji kopi yang ada didalam toples kaca berjejer dimeja barista. Salah satu hal yang membuatnya nyaman disini adalah aroma berbagai macam jenis kopi, ia menyukai hal itu sejak awal diperkenalkan berbagai varietas kopi oleh Mas Tejo.

Raga menutup kembali penutup toples, setelah puas menghirupnya, sepertinya selain aroma uang aroma kopi bisa membuat rileks dan meningkatkan mood.

"Gitu banget Ga," Mas Tejo datang dari belakang.

Raga menghampiri Mas Tejo sambil memberi tos ala lelaki.

"Udah lebih baik Ga?" tanya Mas Tejo memperhatikan Raga dari atas hingga bawah.

Kenal Raga cukup lama Mas Tejo cukup tahu juga tentang Raga, ia sering mengkhawatirkan kondisi karyawannya itu.

"Udah mendingan kok mas, gue mau makasih sekaligus protes!" ujar Raga.

Mas Tejo tertawa lalu mengernyit. "Protes apa lo? Gaji yang gue kasih kurang apa gimana?"

"Justru itu, kok gaji gue tetap lengkap mana lebih!" protes Raga tak terima saat mengecek jumlah nominal uang yang ditransfer Mas Tejo kemarin lebih, tidak dipotong saat ia tak masuk.

"Bonus, pendapatan tahun ini melonjak naik. Bonus juga buat kemarin lo sakit
Ga, seharusnya lo senang bisa dapat bonus lagi sakit." timpal Mas Tejo.

"Kok gue sakit dikasih bonus, nggak adil mas!" Raga masih menuntut.

"Bukannya senang malah protes, Vivi sama Khanza juga gue kasih bonus. Tuh Khanza aja kegirangan!" Mas Tejo melirik Khanza yang tampak mengajak bicara pembeli.

Raga diam, tak lagi protes. Mas Tejo memang adil dengan semua karyawannya, semua dianggap sama bukan seperti bawahan dan atasan.

Raga tahu bagaimana Mas Tejo membangun sebuah cofe shop dari nol tanpa campur tangan orang tuanya, Mas Tejo tidak berasal dari keluarga pas-pasan kedua orang tuanya cukup berada hanya untuk memodali dirinya  buka usaha, namun kedua orangtuanya mengajarkannya bagaimana caranya mendapat uang dari keringat sendiri.

Mulai dari merantau ke Jakarta untuk mencoba berbagi pekerjaan, disaat-saat padatnya jadwal kuliah. Mas Tejo sempat menjadi karyawan dibeberapa tempat kerja, merasakan kerasnya dunia kerja sampai akhirnya mempunyai tekad untuk buka usaha sendiri yang sekarang sudah ada cabang dibeberapa tempat walaupun tidak sebesar cafe lain.

Mas Tejo lebih dulu tahu bagaimana rasanya berbagi waktu kuliah dengan pekerjaan, itulah sebabnya ia banyak membuka lowongan pekerjaan untuk pelajar.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang