28. Keberatan ya?

131 6 14
                                        

🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁

Khanza masuk kedalam kelasnya dengan ragu, merasa risih ketika mendapat sorot tidak mengenakkan dari beberapa pasang mata, sebetulnya sudah biasa namun biasanya tidak se intens ini.

Khanza meletakkan styrofoam untuk bahan pembuatan mading tugas Bahasa, itu di mejanya. Berusaha untuk membiarkan tatapan sinis dari mereka, ia mengeluarkan bahan untuk pembuatan mading seperti spidol warna, gunting, dan kertas buffalo dengan berbagai warna yang sudah ia pilih yang sesuai dengan tema madingnya.

Khanza memutuskan untuk mengerjakan disekolah karena tidak sempat ia kerjakan dirumah, bersamaan dengan jam pertama kelas mereka ada jam kosong.

"Eh Za, kerjain punya gue dong." Fikran datang-datang mengintip konsepnya Khanza.

"Emang kita sekelompok?"

"Lo aja punya kelompok ngerjain sendiri, kelompok gue isinya orang malas semua." balas Fikran sambil mengejek Khanza.

"Termasuk lo kan?" kata Khanza.

Tugas mading ini memang dibagi per kelompok, tapi teman-teman sekelompok Khanza tidak berpartisipasi dalam mengerjakan hanya memberi Khanza uang untuk membeli alat dan bahannya. Bagi mereka itu sudah sebuah partisipasi yang berat, Khanza juga tidak mempermasalahkan.

"Eh Fik, ngomong-ngomong itu anak-anak kenapa ngeliatin gue sinis banget ya? Terus kayak lagi ngomongin gue," tanya Khanza, barang kali laki-laki yang menggunakan gelang kulit tenun ini tahu.

"Oh itu, gue denger tadi sih soal instastorynya Geo kemarin, lo kok bisa santai banget. Emang bener kata mereka, lo jadian sama kakak kelas anak IPA itu?"

Khanza manggut-manggut saja. "Oh itu doang, kirain apa heboh banget."

Reaksi Khanza yang santai membuat Fikran melongo, bisa-bisanya Khanza masih bisa tenang padahal jadi bahan perbincangan.

"Tapi, lo bukannya sukanya sama si Raga yang barista itu?"

"Suka doang kan? Nggak harus jadian," jawab Khanza dengan enteng.

Fikran mengangguk pelan, ia akui Khanza ini perempuan berani dan suka mengambil risiko dan tidak takut dengan tantangan. Entah pendapatnya saja atau Khanza yang sangat apik menyembunyikan ketakutan-ketakutannnya.

Perempuan itu sendiri dikota besar, apa dia tidak pernah termakan berita bahwa banyak yang berakhir tragis dikota orang.

Fikran yang terdiam sebentar ditempatnya, tersentak ketika didorong kesamping oleh seseorang.

"Udah berani, karena udah merasa punya backingan lo sekarang?" tukas Ranti, berdiri angkuh didepan Khanza.

"Iya gue backingannya Tuhan nih, mau lawan?" balas Khanza.

"Dari awal gue nggak suka ya sama lo, baru masuk udah belagu caper ke guru sampai ke Geo dan temen-temennya. Ngejar-ngejar Raga nggak tahu malu, terus kemarin malah pacaran sama Geo. Maksud lo apa ha?"

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang