🍁🍁
Gerimis tipis sore itu membuat Khanza mempercepat langkah kakinya di atas trotoar, ia mengeratkan genggamannya pada keresek putih berisikan bahan-bahan dapur. Perempuan itu baru saja pulang dari mini market karena kehabisan bahan-bahan dapur, kebetulan ia masih punya uang simpanan untuk membeli hal-hal semacam itu.
Jarak mini market terdekat dengan kost Khanza tidaklah terlalu jauh, untuk ditempuh dengan jalan kaki. Mungkin sampai rumah hanya ngos-ngosan karena ia juga buru-buru untuk pergi ke coffe shop.
Khanza memang beruntung mendapat kost, walaupun kecil namun kostnya dekat dengan sekolah, mini market dan tempatnya bekerja paruh waktu.
Tepat saat sampai di area kost hujan lumayan deras mengguyur kota, Khanza berlari kecil agar segera sampai kedepan teras namun pandangannya langsung berhenti pada motor besar yang cukup menghalangi jalan yang berada di gang kecil, mana parkir di tengah jalan lagi.
Khanza langsung melempar pandangannya pada sosok cowok yang kini tengah berdiri didepan pintu kostnya dengan style serba hitam, dari atas sampai bawah terlihat seperti penjahat menurutnya apalagi dengan posisi membelakangi seperti itu.
"Preman kali ya?"
"Apa sekarang sistem malak datangin rumah-rumah orang?"
"Ngaco banget nggak mungkin!"
"Terus apa dong? Gue emang hidup sendiri sih di Jakarta, tapi perasaan belum pernah ngutang ke rentenir deh." gumam Khanza kesekian kalinya mengeluarkan ocehannya.
Ia melangkah pelan untuk menyentuh pundak pria itu, was-was siapa tahu dia langsung berbalik dan memelintir tangannya.
Rasa penasaran Khanza terjawab saat sosok asing yang ia lihat berbalik kearahnya.
"Pulang juga lo," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA
Ficção AdolescenteRaga Artajiwa. Seperti namanya, Raga. Dia Raga untuk Keisha, dan juga Raga untuk Khanza. Bagi Keisha Lavanya, Raga tidak hanya sekedar sahabat tapi juga tempat berpulang dari segala gundah yang terjadi, Raga tempatnya berkeluh-kesah dari segelintir...