🍁🍁
Raga hendak mengetuk pintu rumahnya, namun hanya dengan dorongan kecil pintu itu langsung terbuka dengan perlahan membuat Raga mengernyit. Apa Bundanya lupa mengunci pintu rumah? Dengan perasaan khawatir Raga segera masuk kedalam untuk memastikan.
Raga mengusap wajah lelahnya dengan kasar, bernapas lega ketika Bunda Sonia tengah duduk di meja makan. Posisinya yang membelakanginya membuat Bunda Sonia tidak melihat keberadaan Raga dan tampak tak sadar juga akan kedatangannya.
Segera ia melangkah untuk menghampiri Bunda Sonia, satu kecupan mendarat di pipi Bunda Sonia membuat wanita itu sedikit kaget.
"Kok Bunda nggak sadar Raga sudah pulang," ujar Bunda Sonia, menaruh bingkai foto Raga kecil diatas meja.
Raga ikut melihat pigura fotonya berumur lima tahun itu, jadi penyebab Bunda Sonia tak sadar akan kedatangannya karena serius menatap fotonya saat kecil.
Raga menatap sendu wajah Bundanya yang mulai berkeriput itu. "Bunda kangen Raga?"
Ia menarik kursi untuk duduk berhadapan dengan Bundanya."Akhir-akhir ini Raga terlalu asik sama dunia Raga sendiri ya?" tebak Raga, ia menyadari Bundanya sering kesepian jika dia belum pulang dari coffe shop.
Apalagi akhir-akhir ini Raga bolak-balik Jakarta-Bandung memperjuangkan cintanya untuk Khanza, Raga merasa bersalah ia tidak memikirkan bagaimana perasaan Bundanya yang sedari dulu single parents selalu berperang kesepian.
Bunda Sonia menggeleng pelan, menyentuh pipi putranya. "Kan memang sudah waktunya nak, Raga akan punya kehidupan sendiri, Raga akan menyelesaikan masalah-masalah Raga sendiri."
Raga memejamkan matanya merasakan hangatnya telapak tangan sang Bunda. "Tapi Raga masih mau ada Bunda di setiap langkah yang Raga ambil, Raga nggak akan sekuat ini kalau bukan karena Bunda."
Raga mengecup lama telapak tangan Bundanya. "Maafin Raga ya kalau akhir-akhir ini Bunda merasa kesepian,"
"Nggak apa-apa nak, anaknya Bunda udah mulai dewasa, Bunda mengerti dengan semua masalah yang mulai kamu rasakan. Itu memang bagian dari proses menuju dewasa, Bunda yakin kamu pasti bisa menyelesaikan semuanya dengan benar."
Raga mengangguk pelan mendengar wejangan dari Bundanya cukup menenangkan.
"Terus gimana sama kabar Khanza sekarang? Bunda jadi nggak enak karena nggak ada di saat-saat hari terburuknya," tanya Bunda Sonia beralih topik.
Sudut bibir Raga terangkat untuk tersenyum saat mendengar nama Khanza disebut. "Khanza sudah lebih baik sekarang."
"Sepertinya kamu sudah bisa menjatuhkan pilihan kamu untuk siapa ya Ga?" goda Bunda Sonia, melihat Raga yang seperti kembali hidup ketika mengingat Khanza.
Raga langsung mengangguk tanpa keraguan. "Raga pilih Khanza untuk sekarang dan masa yang akan datang Bund, semoga ya?"
"Semoga yang diatas dengar, dan merestui." lanjut Raga, berharap didengar oleh sang pemilik alam semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA
Teen FictionRaga Artajiwa. Seperti namanya, Raga. Dia Raga untuk Keisha, dan juga Raga untuk Khanza. Bagi Keisha Lavanya, Raga tidak hanya sekedar sahabat tapi juga tempat berpulang dari segala gundah yang terjadi, Raga tempatnya berkeluh-kesah dari segelintir...