21. Ini bukan ranah kita

71 9 6
                                    

🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁

Hidup ini terkadang memang menyebalkan, beberapa hal yang tidak bisa kita atur sesuai mau kita sendiri, beberapa hal yang tidak bisa kita setir menuju arah yang diinginkan. Katanya, ini 'hidup kita' namun terkadang kita diberi batas sampai mana bertindak. Menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan maunya kita itu memang sulit, membiarkan ikhlas menjadi pilihan terakhir.

Raga membawa Keisha ke Cafe dekat rumah sakit Permata, untuk menenangkan diri sebentar dari sebuah kenyataan yang ia terima tadi.

"Minum dulu," kata Raga, ia menyentuh bahu Keisha yang masih bergetar.

Laki-laki itu membawa cokelat panas untuk Keisha yang baru ia pesan, guna untuk merilekskan pikiran.

Raga membantu Keisha untuk meraih gelas, membantu perempuan itu meneguk sedikit cokelat panas.

Keisha masih sesenggukan, menandakan bahwa ucapan Rendi tadi memberi luka dalam untuk Keisha, bukti jika ucapan lebih tajam untuk melukai seseorang dibandingkan belati.

Keisha mendongak, menatap Raga yang masih berdiri disampingnya."Gue anak yang enggak diinginkan ya?"

Raga menggenggam tangan Keisha erat diatas punggung perempuan itu, Raga cukup tersentuh dengan pertanyaan Keisha.

"Jangan bilang begitu, itu menurut dia. Kalau lo merasa enggak diinginkan, lo harus selalu ingat kalau Mami lo sangat sayang sama putri cantiknya. Gue juga sayang sama lo, Bunda juga. Enggak ada alasannya untuk orang enggak sayang sama makhluk cantik kayak lo Kei, lo berhak bahagia, harus tetap tersenyum ya?" kata Raga, nada bicaranya memberat.

Keisha tersentuh, ia seakan lupa dengan orang-orang sekitarnya yang mendukungnya sejak dulu hanya karena satu manusia yang bahkan tidak berperan banyak di kehidupannya.

"Raga, gue boleh peluk lo sebentar aja?"

Raga mengangguk. "Tentu, gue enggak pernah nolak pelukan lo. Gue selalu siap kapanpun lo mau bersandar,"

Keisha memeluk Raga dengan erat, ia merasakan elusan lembut di kepalanya dengan satu tangan Raga lagi merengkuh tubuhnya. Nyatanya disaat Keisha merasa semesta terkadang jahat padanya, namun masih ada beberapa orang yang dikirim Tuhan sebagai perantara untuk menghapus sedih.

"Kita emang enggak pernah diberi kesempatan untuk setuju dengan apa yang akan terjadi diluar dugaan,"

"Karena bukan kita pemilik semesta ini Kei, pencipta lebih berhak untuk mengatur segala hal. Mau enggak mau, suka enggak suka, kita cuma bisa jalan sesuai dengan arah yang dikasih."

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang