42. Bahayanya jatuh cinta

83 10 38
                                    

🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁

Ini adalah kali kedua untuk Tommy menjenguk Damian di polres setelah penangkapan kasus penyalahgunaan narkoba, ia baru mendarat tadi pagi di bandara setelah dua Minggu berada di Irlandia. Ia cukup kacau ketika dikabari lagi tentang putranya yang harus kembali ditangkap karena kasus yang sama di sebuah hiburan malam.

"Besok, kamu direhabilitasi. Kamu tidak capek harus berurusan dengan kepolisian?" geram Tommy cukup frustasi saat duduk berhadapan dengan Damian yang terlihat santai tak memusingkan kasusnya.

"Baru dua kali, kenapa Papah harus repot-repot jenguk saya. Tinggal sogok aja mereka semua yang ada disini gampang kan, seperti yang sebelum-sebelumnya. Sogok pihak yang berwajib, sogok awak media biar berita saya tidak kemana-mana." jawab Damian.

Tommy mengepalkan tangannya diatas meja. "Papah kasih kamu kesempatan waktu itu, Papah pikir kamu akan berpikir lagi dengan otak dangkalmu itu!"

"Kamu sepertinya harus benar-benar sembuh, ikuti semua tahap rehabilitasi!" sergah Tommy tak terbantahkan.

Damian berdecak. "Aih, Papah ini hanya mempersulit. Seharusnya orang-orang yang berduit seperti kita, tinggal menjentikkan jari saja semua selesai."

Tommy mengeraskan rahangnya, kalau saja ia tidak pandai menjaga pola hidup mungkin sudah terkena penyakit stroke atau jantungn yang bisa menyerang ketika berhadapan dengan Damian."Kamu ini--"

"Mas, udah." Almira yang sejak tadi diam disampingnya ikut menyahut, ia tidak tega melihat putranya yang terus-terusan ditekan oleh suaminya.

Tommy menggenggam erat tangan istrinya sebagai penguat.

"Damian, lebih baik kali ini kamu ikuti semua tahap rehabilitasi ya. Mau itu tahap rehabilitasi medis dan nonmedis, jangan membangkang lagi ya nak. Papah sama Mamah akan selalu ada untuk Damian kapanpun Damian butuh dukungan kami, untuk yang kali ini kami belum bisa bantu." ujar Almira dengan lembut, berharap dapat meluluh lantakkan hati keras Damian.

Damian meliriknya lalu berdecih. "Suara wanita penakluk banyak laki-laki memang mengerikan, terbukti bokap gue aja terjebak. Tapi sayangnya gue nggak, gue nggak sebodoh Papah. Udah diselingkuhin masih aja tetap dipertahankan."

"Damian!" sentak Tommy berdiri dari duduknya, hendak memukul putranya namun ia urungkan kembali duduk karena mendapat tatapan dari orang sekitar.

Almira sempat tertohok dengan ucapan anaknya, rasa sakitnya yang bertahun-tahun dibenci oleh putranya sendiri itu masih terasa. Apalagi tatapan merendahkan itu juga hadir dari matanya.

"Almira sebaiknya kita jelaskan--"

"Mas ayo kita pulang, waktu besuk sudah habis!" Almira menyela sebelum Tommy melanjutkan ucapannya.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang