27. Lembaran foto usang

70 5 18
                                    

🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁

Raga menolehkan kepalanya saat pintu kaca yang dibuka oleh Khanza, ia melihat keluar coffe shop terdapat Geo yang baru saja mengantar Khanza itu baru saja pergi dengan motornya dan sempat melambaikan tangan kearahnya dengan senyum tengil yang menurutnya seperti mengejek.

"Itu temen lo kan?" tanya Mbak Vivi, Raga mengangguk singkat.

"Malam mbak Vivi, Kak Raga!" Khanza datang menyapa.

"Malam juga Za,"

"Cepat pakai apron lo," suruh Raga, ketika Khanza masih asik bercengkrama dengan Mbak Vivi.

Khanza mengerucutkan bibirnya langsung kebelakang untuk mengambil apron.

"Lebih galak lo dibanding Mas Tejo ya Ga," komentar Mbak Vivi.

Raga diam tak membalas, ia melirik handphonenya yang berdenting. Sebuah notifikasi pesan muncul.

Geo
jagain cewek gue Ga

Raga
🖕

Geo
kok ngamok?

Raga tak lagi membalasnya, laki-laki itu meletakkan handphonenya kembali dengan cukup kasar. Bersamaan dengan munculnya Khanza yang selesai memakai apron cokelat miliknya.

"Bawa ke dua meja yang ada di ujung sana," kata Raga menaruh satu nampan berisi banyak gelas kopi pesanan.

"Kak yang bener aja dong, pisahin kek. Biasanya juga gitu, ini buat yang meja sebelah kiri sama kanan mana? Kalau ke tuker gimana? Terus ini nanti berat bawanya." protes Khanza, melihat banyaknya kopi berbeda-beda di letakkan di satu nampan.

"Lo pikir sendiri gimana caranya, masa gini doang nggak bisa lo atasin." balas Raga. Laki-laki itu setengah mengomel saat memberi tahu Khanza, seperti tidak ada kalimat baik yang bisa ditata untuk disampaikan ulang.

"Tapi itu punya Mbak Vivi teratur kok ..."

Raga menatapnya dingin."Lo yang antar atau gue?"

Dengan perasaan kesal, Khanza mengangkat nampan yang lumayan berat itu dengan terpaksa. Perempuan itu berhati-hati dan menyeimbangkan langkahnya, bunyi gelas yang bersentuhan terdengar membuat Khanza sedikit ngeri mendengarnya.

"Dikit lagi, dikit lagi." gumam Khanza.

Khanza lebih dulu mengantar pesanan kopi di meja ujung sebelah kiri yang bisa cepat digapai olehnya, ia sedikit kesulitan untuk menaruh satu persatu kopi sesuai pesanan dengan satu tangannya menahan nampan.

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang