🍁🍁
"Perempuan makhluk perasa dan laki-laki makhluk logika sudah menjadi stigmatisasi dan labelisasi bahkan Carl G. Jung dalam teori kepribadiannya menggambarkan hal tersebut dengan sebuah lingkaran yang terdiri dari logos dan eros." kata Raga membuka percakapan lagi di hari itu, sambil menatap Geo dan Orlando ketika sedang bercerita.
Ia terdiam sebentar lalu melanjutkan. "Logos dengan prinsip maskulin, diasosiasikan sebagai yang terang, prinsip yang memberi bentuk, mengadakan diferensiasi, menyusun keteraturan dari sesuatu yang chaos, dan aspirasi untuk menguasai serta mengembangkan sifat kompeten."
"Sedangkan Eros dengan prinsip feminin diasosiasikan sebagai yang gelap, dengan prinsip keterikatan, sifat kepekaan dan sikap responsif, memiliki kecenderungan memberikan cinta kasih kepada sesama manusia."
"Perkembangan laki-laki secara khas cenderung diasumsikan ke arah logos. Sedangkan perempuan ke arah eros." pungkasnya lagi.
Geo dan Orlando mengangguk pelan, sejauh ini mengenal Raga laki-laki itu memang sering mendapatkan pengetahuan seperti itu dari banyak membaca buku ataupun artikel yang berkaitan dengan kepribadian.
"Perempuan emang kelewatan perasa sih, beberapa dari mereka sering menyalah artikan kebaikan atau perhatian dari kaum adam seperti kita." Orlando menimpali, menyetujui teori kepribadian dari Carl G. Jung itu.
"Jadinya kita kelihatan jahat banget kalau sering kasih perhatian atau ke baikan ke mereka, kayak gue sama Ranti dulu. Padahal emang dasarnya aja gue yang friendly, berusaha merespon sesama manusia dengan baik." tambah Geo.
"Perempuan nggak akan butuh waktu lama untuk memastikan rasa mereka berlabuh untuk siapa, sedangkan kita harus benar-benar ngerasain dulu apa yang sebenarnya terjadi." ujar Raga terkekeh kecil, ia menuliskan sebuah rumus di akhir lembar bukunya.
(sqrt(cos(x))*cos(300*x)+sqrt(abs(x))-0.7)*(4-x*x)^0.01,sqrt(6-x^2),-sqrt(6-x^2)
"Ini rumus apaan?" tanya Geo, Orlando juga meneliti baik-baik.
Raga hanya diam, dalam sekejap lembar bukunya tertutup sampul. Geo dan Orlando saling pandang dengan dahi mengerut, seumur-umur mereka belum pernah melihat Raga memberikan setengah senyum setelah menulis sebuah rumus.
🍁🍁
Sore hari di kota Bandung terasa hangat, seperti tulisan yang diabadikan didinding tiang beton Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Jalan Asia Afrika yang tertulis ; Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum.
Raga sadar akan hal itu, dengan salah satu perempuan cantik yang dihasilkan Bumi Pasundan. Raga sudah bisa memastikan jika penyebab jantungnya berdetak lebih kencang hanya dengan memandang setiap pahatan wajah salah satu ciptaan Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA
Teen FictionRaga Artajiwa. Seperti namanya, Raga. Dia Raga untuk Keisha, dan juga Raga untuk Khanza. Bagi Keisha Lavanya, Raga tidak hanya sekedar sahabat tapi juga tempat berpulang dari segala gundah yang terjadi, Raga tempatnya berkeluh-kesah dari segelintir...