43. Kitten Raza

137 7 3
                                    

🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁

Kalau tadi Damian cukup malas untuk keluar dari dalam jeruji besi untuk di besuk oleh kedua orangtuanya, kini ia berjalan cepat saat melihat Keisha yang ternyata datang untuknya. Perempuan itu menggunakan masker putih menutupi setengah wajahnya.

Sudah cukup lama Damian tidak bertemu kekasihnya sejak pertengkarannya dengan Keisha didalam mobil malam itu, dengan melakukan kekerasan fisik yang cukup disesali Damian.

Damian cukup lega ketika Keisha ternyata masih mau menemuinya setelah ia berikan tamparan waktu itu, ia tahu Keisha adalah satu-satunya orang yang kuat dengan kebejatannya.

"Kei?" panggil Damian dengan lembut.

Keisha menoleh melihat Damian yang datang dengan menggunakan kaos warna orange untuk narapidana kasus narkoba.

"Aku senang kamu mau datang ke sini, aku minta maaf soal kejadian waktu malam itu. Aku boleh lihat pipi kamu yang aku tampar waktu?"

Keisha membuka maskernya. "Aku udah nggak apa-apa Dam, kamu baik-baik disini?"

Damian berubah lesu. "Nggak baik, besok aku harus direhabilitasi karena permintaan Papah."

Keisha menghela napas panjang, Damian bersikap seolah-olah dia menyedihkan disini padahal dia sendiri yang menjerumuskan diri ke hal-hal buruk itu.

"Memang seharusnya begitu Damian, bahkan sejak awal kasus kamu seharusnya kamu direhabilitasi." ujar Keisha.

Damian berdecak. "Kenapa kamu nggak belain aku? Jangan kayak Papah lah, ribet. Padahal uangnya banyak buat nyogok pihak yang berwajib."

"Damian, jangan terus-terusan kayak gini. Akui kalau memang kamu salah." tegas Keisha, menggeram.

Damian mengangkat kedua tangannya. "Oke aku salah,"

"Aku serius Damian!" protes Keisha.

"Iya sayang," balas Damian.

Wajah Keisha berubah serius setelahnya. "Aku kesini mau ngomong sesuatu sama kamu,"

Damian terkesiap ia memperbaiki duduknya. "Apa? Jangan bilang kamu--" Damian melirik kearah perut Keisha.

Keisha melotot. "Nggak, nggak mungkin. Bukan itu juga!"

Sebelum ia melanjutkan ucapannya lagi, Keisha menunduk membuat pola abstrak diatas meja. "Aku mau kita masing-masing dulu, kamu sama kehidupan kamu aku sama kehidupan aku."

RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang