Mie Gacoan di Jogja

37 2 0
                                    

Masih dalam perjalanan menuju ke hotel dimana Kala menginap. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Waktunya sarapan. Kala yang sedari tadi resah karena snack yang dimakannya tak terlalu lama bisa mengganjal perutnya. 

"Kala mau mampir sarapan dulu? Aku mau sekalian beli sarapan. Kalau kamu mau kita mampir, kalau nggk y gpp?" 

"Ya tuhan akhirnya bisa ketemu nasi. Makasih sudah mendengar doaku lewat ke- pekaan Kak Raja." Kala berucap lantang seolah habis mendapat uang 1 miliar didepan matanya.

"Kamu kenapa Kal, hahaha lucu banget sih." 

"Kalau lapar daritadi kamu bilang, masa nunggu aku peka baru mau bilang. Keburu mag kambuh itu hahaha." Ledek Raja.

"Malu kak, takut kak Raja mikir kalau Kala tukang makan padahal habis dikasih snack sama biskuit." 

"Ada-ada aja, mana ada aku mikir gitu. Ini untung aku juga lapar."

"Jadi mau makan apa?" Tanya Raja kepada Kala, barangkali sosok disebelahnya ada rekomendasi atau saran lain. pikirnya.

"Terserah kak Raja aja, pokoknya ketemu nasi aja kak."

"Makan gudeg gimana, aku tau gudeg yang nggk terlalu manis, dan rasanya tetep medhok khas Jogja, mau?"

"Atau bubur aja?" sambung Raja.

"Terserah, gudeg boleh bubur juga boleh. Apa aja, aku mah semua masuk asal bukan batu sama tai aja." Canda Kala.

"Okee, sarapan kali ini Gudeg spesial." 

Sampailah mereka di warung gudeg pinggi jalan favorit Raja. Diparkirkannya mobil sedan putih itu di tepi jalan. 

"Buk, kula badhe pesen gudeg. Dhahar teng mriki." Raja memesan pada wanita separuh baya itu. (Trans: Buk saya mau pesan gudeg, makan disini)

"Lawuh e nopo mas?" (Trans: Lauk nya apa mas)

"Kamu mau pake lauk apa Kala?"

"Sama aja sama kak Raja."

"Lawuh e telur pindang, krecek kaleh tempe bacem buk." (Trans: Lauknya telur pindang, krecek sama tempe bacem)

Tak lama makanan yang mereka pesan sudah sampai. 

"Ini Kala dimakan." Raja memberikan nasi beralaskan daun pisang itu kepada Kala. 

"Makasih Kak."

Menikmati gudeg langsung di Jogja, suasana khas warung pinggir jalan. Suara klakson dan lampu merah yang saling bersahutan. Makan sambil melihat orang berlalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. 

"Kak Raja, suasana kuliah di UGM itu gimana sih kak. Aku pengen ngerasain huhuhu." 

"Ya sama kayak kuliah di kampus lain Kala. cuman beda almet aja."

"Disana anaknya pinter-pinter banget pasti ya kak."

"Kalau boleh jujur sih iya, aku disana aja seing insecure. Feel not worth to study in UGM. Soalnya selalu merasa kurang gitu aja."

"Pernah ada masa dimana aku sampe stress parah, bahkan rasanya kayak tiap hari ngeliat buku dan laptop tuh mau muntah. Sampe lupa makan, apalagi aku waktu maba join BEM. Stress dengan project organisasi, stress tugas banyak, belum lagi aku kan juga ambil part time."

"Loh kak Raja part time, dimana kak?" Tanya kala antusias.

"Cerita lagi dong kak selama di UGM." Sambung Kala dengan excitednya.

"Iya aku part time di sbux dulu, jadi barista. Tapi sekarang udah nggk. Sekarang aku ikut freelancer sih."

"Wah keren banget, aku kira kak Raja masih di sponsori orang tua."

Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang