"Sialan, gimana ini bisa-bisanya gw kelewat stasiun. Mana ini malam lagi. Apes gw emang bener kata orang jangan melawan restu mama papa."
Berawal dari kelewatan stasiun, ternyata menjadi awal mula pertemuan Kala dan Raja. Awal yang mungkin menurut...
Kegiatan Kala hingga pagi buta adalah melihat isi galerinya. Melihat semua dokumentasi yang ia dapat, menjadikannya kenangan indah yang tersimpan rapih dalam memory di ponselnya. Melihat semua photo, yang ternyata isi galerinya kebanyakan foto candid Malik. Ia slide satu persatu, ia zoom in lalu zoom out, sambil mengingat perasaan yang ia rasakan waktu itu. Lagi-lagi ia pernah sebahagia itu waktu bersama dia, hingga variabel lain muncul, yakni Raja yang membuat semuanya nampak lebih indah dan sempurna. Hingga ada di titik ia mengarsipkan semua foto yang ada Malik. Ia tak ingin mengingat perasaan itu lagi. Lebay, mungkin. Namun rasa itu tak butuh validasi orang, begitupun orang tak perlu menginvalidasi perasaannya. Biarlah saat ini dirinya masih mengingat semua itu, toh pada waktunya life must goes on. I must moving on.
Tok..Tok..Tok
Terdengar suara ketukan pintu, yang Kala duga pasti temannya. Sebab semalam mereka berencana main di kost Kala. Dengan wajah yang sayu, mata yang masih sembab, ia berjalan sempoyongan guna membuka pintu.
"Morning cil." Sapa Sadam pertama kali saat pintu nya terbuka.
"Morning. Kok kalian bsia masuk, biasanya sama satpam di cegat tuh" Kala menjawab dengan singkat, kemudian mempersilahkan kedua temannya untuk masuk ke kediaman nya.
"Oh tadi satpam nya gak ada, lagi nongki kali. Jadi gw langsung masuk aja."
"Ohh, ini gw kasih camilan seadanya aja ya, gw lagi gk ada waktu buat masak-masak dan belanja." Ujar Kala dengan suara yang sangat serak, seolah ia tidak minum selama 3 hari.
Sadam dan Rama hanya mengangguk, toh tujuan awal mereka kemari memang untuk menemani Kala, dirasa beberapa hari ini Kala seperti tidak ada motivasi karena kesedihannya yang sangat dalam. Mereka berdua hanya takut jika ia kenapa-kenapa. Mau bagaimanapun yang dapat memerhatikan Kala saat ini hanya mereka berdua, sahabat karibnya. Kalau Danes, entah kemana. Sejak masuk UGM ia dan Kala sudah tak pernah berkomunikasi lagi.
"Lo udah makan, mau gw masakin." Tawar Rama, sembari dirinya melihat-lihat di kulkas Kala apakah ada sesuatu yang bisa ia olah saat ini.
"Nggk sih, Sadam tuh siapa tau lapar." Kala masih menatap layar ponselnya itu, sambil duduk di tepi ranjang nya.
Sadam dan Rama yang sedari tadi melihat Kala cukup merasa khawatir, tak jarang mereka berdua saling berbisik untuk berdiskusi tentang Kala. Tak masalah jika Kala tidak mau cerita, tapi yang mereka inginkan sahabatnya itu ceria kembali. Saat ini kondisi nya bak mayat hidup.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Niat mereka baik, hanya ingin Kala dapat melepas bebannya. Alhasil satu-satunya cara agar itu tercapai ya pikir mereka, mereka ajak minum saja. Toh biasanya bagi sebagian orang kebiasaan minum itu dilakukan disaat stress.
"Kal, ayo ke kost gw." Rama langsung mengambil jaket yang tergantung di gantungan baju di belakang pintu, membawanya kepada Kala guna ia gunakan. Kala yang terheran-heran lantas menatap Rama kebingungan, kenapa jadi main ke kost Rama. Awalnya kan mereka akan bermain di kost nya, pikirnya.