39

34 5 1
                                        

"Kak" Kala melambaikan tangan ke arah Raja yang baru saja keluar dari pintu keluar kedatangan itu.

Namun Raja tak membalas lambaian tangan Kala saat itu. "Kamu sendirian kesini?" Kalimat yang pertama kali dirinya ucapkan.

"Aku sama kak Bian. Kak Jek lagi ada kelas soalnya. Untung Kak Bian free. Dia nunggu di depan." Ia sadar akan sikap Raja yang lumayan dingin ini.

Dirinya tak perlu lama mencari dimana mobilnya, yang ternyata Bian memarkirkannya tepat di depannya. Itu sangat mempermudah dalam menemukan dimana mobilnya diparkir.

"Weh bro, oleh-oleh." Kalimat pertama yang Bian ucapkan saat melihat sahabatnya duduk di samping kursinya itu.

"Nggk duduk di belakang sama degem?" Bian berbisik takut jika Kala mendengar ini.

"Nggk lah, masa aku biarin kamu duduk di depan kayak sopir." Bian sedikit khawatir pasalnya dirinya melirik ke kaca bahwa raut wajah Kala terlihat sedikit murung. Tak seceria saat menjemput Raja.

"Santai aja kali, kasian degem di belakang sendiri. Kalau gitu aku aja yang temenin degem di belakang ya?" Bian niatnya menggoda. Namun sepertinya Raja menganggap nya serius. "Iyaudah, sini biar aku yang nyetir." Raja turun dan beralih ke kursi sopir untuk menggantikan Bian. Melihat itu Bian langsung saja keluar dan bertukar posisi. Dirinya tak duduk di samping Kala, melainkan dirinya duduk di samping Raja. Tak ingin memperkeruh suasana diantara mereka berdua.

"Eh degem habis ini mau lunch bareng gak?" Kala yang sedari tadi menatap lekat layar ponselnya, beralih menatap Bian yang sedang menolehkan pandangannya kepadanya.

"Hmm nggk usah kak, makasih. Kala mau lanjut kerkom sama anak-anak. Sekalian nanti makan siang sama mereka aja." Mendapati penolakan darinya, membuatnya memalingkan wajah kembali menatap lurus ke jalan.

"Gimana kabar bunda ja?" Seolah ini pertanyaan yang Kala nanti, namun ia segan bertanya. Puji syukur Bian menanyakan terlebih dahulu.

"Lumayan membaik. Kebetulan jadwal operasinya minggu depan."

"Minggu depan berarti kamu balik lagi ke Surabaya Ja?" Yang dibalas hanya anggukan dari Kala.

"UAS nya gimana kak?"

"UAS kayak biasanya. Paling aku berangkat sore balik Jogja besok paginya."

"Kenapa gak setelah UAS aja kak. Capek, lebih baik di fokuskan untuk satu hal dulu. Kalau kak Raja kecapekan malah buyar semuanya." Tutur Kala lembut.

"Gimana bisa aku tenang dengar kabar bunda operasi tapi aku gak disana." Raja ketus, bahkan dirinya meninggikan suara.

Bian mencolek lengan Raja, mengode bahwa dirinya telah keterlaluan. Apalagi saat melihat ekspresi sedih Kala. Anak se-polos itu harus bertarung dengan Raja yang tiba-tiba cuek ini.

 Anak se-polos itu harus bertarung dengan Raja yang tiba-tiba cuek ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang