48

23 3 0
                                    

Kepalanya terasa berat saat bangun pagi hari ini. Mungkin ia terkena flu sebab terlalu banyak makan ice cream semalam.

"Lowbat lagi, belum gw charger nih hp." Gerutunya pagi ini.

Kepalanya kepalang pusingnya bukan main. Badannya yang sedikit panas. Ia hanya mencari water heater untuk menghangatkan air, dan menyeduh segelas teh hangat. Mau beli obat pin rasanya tak sanggup dirinya.

Ia putuskan untuk minum paracetamol dan teh hangat. Berharap saat bangun nanti sudah lebih baik.

"Ja, Kala kok nggak kesini. Dia udah pulang kampung?"

"Nggak bun. Masih lusa Kala pulangnya."

"Oh, bunda kira udah pulang."

"Kenapa emangnya bun?"

"Nggak papa, cuman rasanya agak kurang aja haha. Cocok jadi calon mantu bunda tandanya." Raja tersenyum mendengar ucapan bundanya, seolah tak perlu dirinya memohon izin sepertinya bunda akan merestui, Jikalau ia ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius nanti.

"Pasti cocok lah, harus cocok. Karena Kala yang terakhir Raja kenalin ke bunda haha."

"Bisa aja, harusnya Kala denger nih gombalan kamu. Pipinya pasti merah banget itu. Bunda bayanginnya aja udah gemes."

"Mau Raja masakin apa supaya bunda makan banyak biar nggak kurus."

"Terserah kamu aja, bunda makan nanti."

Mendapat persetujuan daei bundanya, ia lekas menuju ke dapur. Membuka lemari es guna melihat bahan yang ada. Namun ternyata didalam kulkaa tidak asa bahan apapun, hanya ada bumbu-bumbu standart dapur. Ia putuskan untuk pergi ke supermarket. Menu yang ia masak kali ini adalah pokcoy siram bawang putih, dan beef tanderloin. Itulau menu yang terpikirkan olehnya saat ini.

Kejadian lucu menurutnya terjadi saat ia berada di supermarket. Disana ia melihat banyak sekali pasangan yang sedang berbelanja kebutuhan pokok. Rasanya mungkin akan sangat bahagia jika menghabiskan hidup dengan oeang yang dicintai. Berbelanja, memasak, mendekor rumah bersama. Setidaknya itu terlintas dalam pikirannya dengan sosok Kala, pacarnya saat ini.

"Kala belum balas pesan ku kenapa?" Setidaknya itulah yang dirinya pikir sedari tadi. Bahkan saat dirinya tengah memasak, ia terpikirkan akan Kala. Entahlah, perasaannya tidak enak saat ini.

"Bun, ayo makan. Keburu dingin."

"Iya, jangan cerewet gitu dong."

"Papa mana?" Netranya melihat ke sekitar mencari sosok papa itu.

"Papa mu pergi ke Bangka, ada yang diurus disana. Udah hampir 1 bulan kan papa ninggalin pekerjaannya demi bunda."

Raja diam, dirinya membayangkan betapa lelah papa nya itu. Namun disatu sisi, ia mengetahui bahwa papa dan bunda adalah definisi cinta sejati. Melihat bunda yang selalu berkata baik tentang papa di depan semua orang, dan melihat papa yang merelakan semua pekerjaannya demi menemani bunda di Rumah Sakit kala itu. Seolah gambaran bahwa papa nya adalah papa yang buruk perlahan tergerus.

"Bunda jadi di kemo kapan?"

"Belum tahu, bunda masih harus kontrol minggu depan. Baru setelah itu jadwal kemoterapi."

"Nanti bilang aja biar Raja yang temani. Papa biar ngurus kerjaannya aja."Ujarnya, sebelum melahap masakan yang ada di piringnya itu. Raja sudah menandaskan makanannya, bunda pun. Namun melihat bunda yang tidak menghabiskan makanannya membuatnya kembali bersikap cerewet.

"Gimana mau balik badannya kayak awal, makanannya dikit banget. Makan yang banyak lah bun, Raja lihat bunda jadi kaya orang yang gak ada dagingnya sama sekali."

Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang