"Sialan, gimana ini bisa-bisanya gw kelewat stasiun. Mana ini malam lagi. Apes gw emang bener kata orang jangan melawan restu mama papa."
Berawal dari kelewatan stasiun, ternyata menjadi awal mula pertemuan Kala dan Raja. Awal yang mungkin menurut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mungkin bagi sebagian orang, cara untuk mengatasi trauma nya dengan cara yang berbeda-beda, begitupun dengan Raja. Selepas kejadian dengan Kanaya di cafe nya tadi, ia tak langsung kembali ke kost namun ia pergi ke suatu tempat yang jaraknya lumayan jauh guna menenangkan pikirannya. Tempat ini menjadi tempat teraman nya dikala dirinya lelah dan suntuk. Iya tempat itu adalah panti asuhan.
Dahulu, di titik terendahnya sempat terpikirkan olehnya untuk melompat ke sungai yang besar di area tak jauh dari panti asuhan tersebut. Sebut saja panti asuhan Cinta Kasih. Saat hendak melompat ke sungai, tiba-tiba ada seseorang yang memeluk nya dari belakang. Sosok itu merupakan kepala Panti Asuhan, Bu Yatna. Ia memeluk dan menarik Raja menjauh dari sungai dengan dirinya yang terus menangis.
Satu hal yang Raja ingat sampai sekarang adalah perkataan bu Yatna "Bertahanlah untuk alasan sekecil apapun." Dan ya, ucapan itu membuatnya tetap menjalani hidup hingga kini. Sejak itu, jika dirinya sedang lelah dan butuh menunjukkan kelemahannya ia akan langsung mengunjungi panti asuhan ini. Baginya, bu Yatna sudah seperti ibu kandungnya, bahkan ia lebih merasakan kasih sayang darinya daripada ibu kandungnya.
"Halo adek-adek, kak Raja bawa makanan. Dibagi-bagi ya makanannya."Mendengar suara yang tak asing, anak-anak di panti itu kini mendekat menuju ke arah suara, Iya ini merupakan rutinitas Raja jika berkunjung. Entah ia akan membawakan makanan atau mainan untuk anak-anak panti. Karena melihat senyum mereka membuat rasa lelah itu berkurang.
"Bilang apa anak-anak." Ucap pembimbing anak panti itu.
"Terima kasih mas Raja." Semua anak disana serempak mengucapkan kalimat itu.
"Raja, kamu kesini kok gak bilang-bilang." Tibalah sosok bu Yatna, yang ditunggu-tunggu oleh Raja. "Ayo ke ruangan ibu aja." Bu Yatna menggandeng tangan Raja untuk mrmbawanya ke ruangannya.
Lekas ia duduk di kursi ruangan itu, dengan segelas teh hangat di meja berserta snack. "Kamu ada masalah apa, nak?" Seolah paham, jika Raja berkunjung pasti ia ingin bercerita. " kamu gak papa?" 3 kata yang selalu Raja dengar dari bu Yatna, namun tidak dari orang terdekatnya.
Menangislah Raja dihadapan bu Yatna. Air mata yang selama ini ia bendung, langsung pecah bag tanggul jebol. Melihat itu, Ia menenangkan Raja dengan memberikan pelukan dan belaian hangat di punggung nya. Tak ada lontaran pertanyaan, dia hanya diam menunggu sampai Raja berhenti.
"Nggk usah cerita sama ibu, kamu istirahat aja. Ini badan kamu panas banget." Bu Yatna beranjak, hendak mengambilkan kompres, obat dan selimut agar Raja dapat beristirahat sejenak.
"Nggk usah bu, makasih. Mungkin karema sesak nafas Raja kambuh tadi jadi kelihatan kurang fit." Raja memegang pergelangan tangannya, menolak untuk ditinggal. Saat ini yang ia butuhkan hanyalah sandaran.
"Sesak nafas kamu masih ada sampai sekarang. Udah kamu periksa? Apa kata dokter?"
"Cuman trauma aja bu. No need to worry." Raja masih sempat-sempatnya menyunggingkan senyumnya, menunjukkan jika dirinya sudah lebih baik.