18

41 3 2
                                        

Hari ini, dengan berat hati ia harus meninggalkan kota indah ini. Sudah siap dengan Raja yang akan mengantar Kala ke Airport.

"Kak Raja makasih ya, kak Raja udah bikin Kala bahagia selama disini. Walaupun Kala orang asing, tapi tidak menutup kebaikan kak Raja yang welcome sama semua orang."

"Selama ini belum ada yang aku syukuri selama hidup, tapi baru-baru ini aku punya hal yang patut di syukuri, yaitu bertemu dengan Kak Raja. Makasih ya kak." Kala mengucap sambil menatap Raja yang tengah menyetir, yang sesekali Raja juga curi pandang untuk membalas tatapan Kala.

"Aku juga makasih sama Kala, udah datang dan jadi anak yang baik, tulus. Kala juga membawa suasana jadi lebih indah." Ucap Raja, kali ini ia menatap Kala intens, sebab mobil nya sudah menepi dengan rapih.

"Kala, dan Jogja. Mungkin udah jadi candu hahahaha. Satu kesatuan yang padu nan indah. Kala aku tunggu kamu ke Jogja lagi ya. Aku harap, kamu lulus dan bisa mengejar semua impian kamu." Raja mengusak rambut Kala, lanjut mencubit pelan hidung mancungnya.

"Ih kok nangis!" Raja dengan nada terkejutnya.

"Ah kak Raja, ih Kala nggk nangis kok." Kala berusaha mengelak, sambil menutup wajahnya yang sudah tak karuan.

Raja tak bertanya lebih dalam, ia hanya mengusap-usap kepala Kala, mencoba memberikan ketenangan padanya. Raja menunggu hingga Kala berhenti menangis nya.

"Udah tenang?" Tanya Raja.

"Udah, maaf kak. Terharu aja. Kayak beruntung banget Kala ketemu sama kak Raja. Kala jadi punya hal yang patut disyukuri."

Raja tersenyum sangat lebar kali ini. Kemudian melajukan kembali mobilnya menuju tujuan. Sepanjang Jalan, Kala mengamati setiap inch bangunan yang indah lengkap dengan lampu malam. Khas kota tua. Ditatapnya hingga ia terlelap dalam tidur nya. Kala tuh kalau kata orang "Pelor", yaitu "Nempel molor". Ya walaupun awalnya julukan itu diberikan Bagas olehnya dan sedikit sarkas sebenarnya, tapi tak salah. Ia selalu benar kalau kata Bagas mah.

Raja menepuk pundak Kala perlahan, guna membangunkannya. Namun Kala tak kunjung bangun, entah terkena hawa apa, wajah Kala yang sedang tidur sangat menggemaskan. Wajahnya yang bersih, kulitnya putih dan licin, belum lagi wajahnya tampak tenang jika dilihat saat ini.

"Kala ayo bangun. Udah sampai."

"Udah sampe ya, makasih kak Raja."

Raja turun terlebih dahulu, berlari ke arah bagasi guna menurunkan koper Kala. Lalu menuju ke pintu mobil disamping pengemudi, membuka kan pintu untuknya.

"Awas, hati-hati. Nyawa kamu masih belum ke kumpul." Kekeh Raja.

"Hehehe, kak Raja bisa aja."

Raja mengantarkan Kala sampai ke dalam ssmbil membawakan tas Kala yang penuh dengan oleh-oleh.

"Kak Raja udah sampe sini aja, Kak Raja kecapek an nanti."

"Gk papa Kala. Hati-hati ya."

"Kak Raja, Kala boleh minta sesuatu nggak kak. I know its too much, tapi aku." Belum selesai Kala menyelesaikan kalimatnya, Raja langsung meng-iyakan walaupun ia tak tahu apa yang Kala minta.

Tak lama dari persetujuan Raja, Kala lekas memeluk Raja. Raja tak membalas pelukannya, melainkan ia diam membeku. Segera Kala menguraikan pelukan itu, namun Raja justru menarik lengan Kala dan mengeratkan pelukan mereka. Pelukan semakin erat, masing-masing insan berusaha mencari kenyamanannya sendiri di tengah lalu lalang orang. Orang bilang pelukan dan ucapan di Bandara adalah pelukan dan ucapan paling tulus, dan dengan tegas Kala akan meng-iyakannya.

Time Skip...

Malik berkata jika ia sampai di Jakarta, ia harus menghubungi nya guna menjemputnya. Namun Kala adalah orang yang tidak suka merepotkan dan direpotkan, oleh sebab itu ia tidak menghubungi nya. Mengingat sekarang sudah larut malam juga, tidak ingin mengganggu waktu malam sang Malik.

Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang