"Sialan, gimana ini bisa-bisanya gw kelewat stasiun. Mana ini malam lagi. Apes gw emang bener kata orang jangan melawan restu mama papa."
Berawal dari kelewatan stasiun, ternyata menjadi awal mula pertemuan Kala dan Raja. Awal yang mungkin menurut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hanya sebuah dusta yang terlontar darinya. Dusta yang selalu beralaskan tidak ingin membuat orang disekitarnya khawatir akan dirinya. Mungkin bagi sebagian orang alasan seperti itu lebih mudah menjadi dasar kebohongannya, namun tidak bagi si penerima kebohongan itu.
Puas melampiaskan dan menahan rasa sakitnya, kini Raja berlagak tak terjadi apa-apa. Ia dengan senyum teduhnya kembali menyalakan mesin mobilnya dan pergi menginggalkan tempat itu. Tujuannya kini adalah cafe tempatnya bekerja part time. Sembari menunggu Kala selesai ujian. Pasalnya ia telah berjanji mengajak Kala dan Malik untuk dinner bersama sore ini.
"Selamat pagi." Senyum Raja ramah pada semua pegawai cafe yang ada. Balasan demi balasan Raja dapatkan.
"Ja, tadi ada cewek itu kesini nyari lo." Abigail berbisik padanya.
Abigail adalah salah satu rekannya dari sekian pegawai di caffe shop ini. Usia mereka sepantara, bahkan satu almet. Hanya saja mereka tidak sejurusan. Awal mereka bertemu adalah pada saat mereka sama-sama ikut organisasi BEM di kampus. Saat yang sama Raja bertemu dengan Jek dan Brian. Namun karena fakultas mereka lumayan jauh, Raja jarang bertemu atau sekadar berpapasan dengan Abigail. Bertemu hanya saat rapat oeganisasi atau saat bekerja di caffe ini saja.
"Cewek siapa?" Tanya Raja. Raja sudah tahu arahnya akan kemana, namun ia ingin memastikan saja.
"Buset berapa banyak cewek lo ja. Sampe gk inget sama sekali. Ya cewek yang gila itu, yang obses banget sama lo."
"Ohhh, terus gimana." Raja penasaran ddngan kelanjutannya.
"Tak kandani nek arek e wes gak kerjo ndek kene kae gok." (Trans: aku kasih tahu kalau anaknya (Raja) udah nggk kerja disini lagi.)
"Owalah. Suwun yo gil." (Trans: terima kasih ya gil)
"Iyo, sakno tenan aku karo awakmu ja, wong wadon akeh sing sir karo awakmu tapi apes mu ae ketemu bocah gendeng." Abigail menepuk-nepuk pundak Raja, menyalurkan semangat. (Trans:Iya, kasian aku sama kamu ja, cewek banyak yang naksir kamu tapi kamu lagi apes aja ketemu anak gila itu)
Tak ingin membahas terlalu jauh karena menurut Raja membahas hal itu sangat drained energy oleh sebab itu terkadang jika ada yang memulai topik tentang itu ia hanya akan melengos ataupun pura-pura tak paham dengan yang dimaksud lawan bicaranya.
Hari ini Raja sangat sibuk di cafe, yang menurutnya hari ini pembeli tidak henti-hentinya datang. Berbagai macam pembeli pun Raja jumpai, lebih beraneka dari biasanya. Ada yang cerewet, ada yang dikit-dikit komplain, dan berbagai macam pelanggan lainnya yang mana hal itu sudah biasa baginya, toh di caci dalam pekerjaannya kali ini juga sudah termasuk resiko dan tanggung jawab kerja.
Hingga tak sadar waktu menunjukkan pukul 17.00, Raja kali ini langsung balik ke Kost untuk selanjutnya berkemas dan bersiap untuk dinner sekalian juga mengantar Malik, adiknya.
Sebenarnya Raja berniat menjemput Kala selepas ujiannya, namun karena banyaknya pembeli ia terpaksa harus tinggal lebih lama di cafe karena pegawai cafe membutuhkan lebih banyak kru. Ya itung-itung dapat uang lembur juga batinnya.