40

48 5 2
                                    

Entah mengapa seminggu sebelum ujian dimulai, tugas-tugas sangat banyak. Semuanya menumpuk. Dan banyaknya laporan pratikum, yang sebelumnya hanya 1 minggu 1 kali namun minggu ini bisa 3-6 laprak dengan ketentuan yang menurutnya sedikit edan. Seperti sitasi maksimal 10 tahun terakhir, harus dari jurnal dan sebagainya. Jika disebutkan mungkin lama-lama ia ingin melepas kepalanya ini. Itu hanya laprak, masih ada tugas lain seperti paper, presentasi.

Dirinya sangat stress, sebab banyak yang mengganjal di hatinya ini. Belum lagi pikirannya yang selalu saja terdistrack oleh hal lain. Dan itu menghambat baginya. Namun beruntunglah dirinya memiliki sahabat seperti Bian danJek yang dapat diajak untuk berkompromi masalah tugas-tugas. Bukan hanya kali ini sih, sebenarnya sejak perkuliah mereka dimulai di semester pertama, ketiga serangkai ini sudah saling membantu, jadi cukup tak heran saja. Namun ia baru merasakan perasaan yang tak pernah se- complicated ini.

"Kamu sama Kala putus Ja." Jek bertanya ditengah kesunyian perpustakaan ini.

"Gak tahu, aku lagi gak mau mikir Jek, aku pusing sama ujian, tugas belum lagi kepikiran sama bunda." Bian memberikan isyarat kepada Jek untuk tak meneruskan apa yang ia ingin tanyakan. Mengingat ia tahu betul sifat Jek, yang tak akan diam sebelum dirinya berhasil mengorek semua informasi.

"Ws mari ta?" Bian memecah keheningan diantara mereke bertiga. Sudah terlalu lama mereka tak bergeming selain pada layar laptop masing-masing. (Trans: Udah selesai kah?)

"Aku wis pegel cah." ia membenarkan posisi duduknya sembari melakukan peregangan otot ringan.

Raja masih terus berkutat pada layar laptonya. Sedangkan Jek dan Bian mereka tengah bermain ponsel, menghilangkan rasa suntuk nya.

"Ja, pulang dulu ya. Wis mumet aku." Jek pamit, diikuti dengan Bian. Kini tinggallah dirinya sendiri. Sebenarnya untuk tugas, ia sudah selesai. Dia hanya sedang merangkum materi-materi dan mempelajari materi untuk ujian. Tak ingin jika ia mengalami pengulangan mata kuliah.

Namun sudah terlalu larut untuknya, ia memutuskan untuk ikut bersama teman-temannya untuk kembali ke kost.

"Noh pacar mu lagi sama cowok teknik industri." Jek menunjukkan sosok Kala yang sedang berjalan bersama Dika untuk pulang.

"Yaudah biarin aja." Raja tak ingin mempermasalahkan lagi. Ia membiarkan jika Kala ingin melakukan apapun yang ia mau. Dirinya takut jika ia mencoba untuk mendekatinya lagi, malah akan membuat Kala semakin sakit. Ia ingin Kala sendiri yang menemuinya saat dirinya sudah siap.

"Aneh gak sih, si Dika tak liat-liat selalu nempel mulu. Malah sering banget kayak kebetulang ketemu gitu." Bian menatap curiga, sebenarnya bukan hanya dirinya yang curiga. Namun semuanya pun merasa begitu.

"Kamu yakin, si Dika gak punya motif lain. I mean, dia tau Kala pacar kamu. Tapi dia kok kayak gak ada segan-segannya gitu sama kamu." Jek menimpali. Tak disangka jika Jek dapat berpikir dewasa. Mungkin ini pertanda, jika Jek sudah dalam mode serius tandanya semuanya sedang tak baik-baik saja.

Raja mendengar dengan jelas apa yang sahabatnya katakan. Namun ia memilih untuk diam. Melajukan mobilnya melewati kedua orang yang sedari tadi menjadi topik pembahasan kedua sahabatnya itu.

Kala melihat mobil Raja melewati dirinya. Kini ia dianggap seolah tak ada. Padahal ia sengaja untuk mampir ke kawasan teknik agar sapat bertemu dengan Raja. Dan akhirnya dapat berbaikan. Namun justru dirinya malah bertemu dengan Dika. Dan Raja hanya melewatinya begitu saja.

"Kak, aku balik duluan ya. Maaf, soalnya ada yang urgent." Kala berjalan cepat menjauh dari Dika. Padahal saat itu Dika belum menyelesaikan ceritanya itu.

 Padahal saat itu Dika belum menyelesaikan ceritanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang