45

32 5 1
                                    

"Kak, sadar? maksud semua ini gimana?"

"aku sadar." Raja menyodorkan ponselnya yang menampilan keberadaan Danes malam itu yang ia foto dari cctv tempat kejadian.

"Maksud semua ini?" Berbeda dengan Kala, Danes gelagapan setelah melihat itu semua. Ia takut, bahkan tanpa sadar wajahnya sudah pucat dan ia berkeringat dingin.

"Kenapa gak kamu coba tanya ke sahabat kamu ini?" Raja menunjuk ke arah Danes dengan jari telunjuknya itu.

"Nes!" Kala bergantian menatap Danes yang membisu.

"Kenapa gak mau jelasin?" Sarkas Raja.

"Takut masuk penjara juga, jadi mau cuci tangan?"

Keadaan di kamar Kala cukup berisik, hingga menarik perhatian banyak orang. Tanpa terkecuali Bian dan Jek. Yang langsung mendekati asal suara setelah melihat keributan itu.

"Ada apa ini pagi-pagi udah berisik, dilihatin tetangga tuh." Bian masuk sebelum menutup pintu kamar Kala. Kini mereka ber-6 berada dalam satu atap yang sama.

"Sahabat kamu ini yang bantu Dika buat ngelajanin rencananya."

"Dia kasih semua informasi, dan bantu Dika buat nyelakain kamu." Mata Raja menatap Danes tajam, bahkan semua mata tertuju padanya.

"Nes, bener?" Danes yang mendengar hal itu, ia hanya menitikan air mata. Entah karena rasa bersalah atau merasa terancam.

"Nes, lo tega banget sama gw."

"Kal, gw bisa jelasin." Danes menggenggam tangan Kala, memohon ampun dari sahabatnya itu.

"Gw masih gak nyangka Nes, sebenci itu lo sama gw ternyata sampe berniat nyelakain gw." Ucap Kala dengan nada penyesalannya.

"Dari awal gw udah nyangka kalau lo gak pernah tulus temenan sama Kala, tapi gw masih gak nyangka kalau lo sampe tega berbuat kriminal Nes." Bagas menimpali, ia memegang bahu Kala agar tetap tegak.

"Lo gak usah ikut campur deh Gas, lo gak tahu apa-apa." Danes membantah tuduhan Bagas itu.

"Gimana gak ikut campur, lihat sahabatnya digituin sama orang." Bian membela Bagas. Jujur diapun jengah mengapa seorang pelaku selalu saja berusaha memvalidasi perilakunya dengan berbagai sebab.

"There is no longer a chance for you to lie Nes. Everything is clearly. Just shut the fucked up." Emosi Raja sudah membara, dirinya siap jika harus memukul Danes saat ini juga. Namun dirinya tak ingin, sebagai sosok yang lebih dewasa ia ingin menunjukkan kewibawaan melalu cara bicara bukan cara memukul lawan.

Danes hanya menangis, alih-alih menjelaskan apa yang terjadi. Kata maaf pun sepertinya sulit terlontar dari mulutnya itu.

"G-gw gak bisa bilang apapun selain maaf, Kal dan semuanya. Gw akui semua tuduhan itu benar, satu yang akan gw bantah yaitu gw gak pernah tulus sahabatan sama lo. Never, gw tulus."

"Cuih." Jek juga nampak jengah mendengar penjelasan Danes yang terlalu bertele-tele itu.

"Jujur gw sempet iri lihat lo dapat semua yang lo mau. Keluarga lo kaya, lo punya sahabat kayak Bagas, Malik, dan punya pacar kak Raja, punya beckingan temen-temen kak Raja. Gw iri, dan gw sempet merasa gw udah gak bisa bergaul sama lo lagi."

"Kemudian, Dika deketin gw. Dia nawarin gw uang asal mau kasih tahu dia informasi soal lo. A-awalnya gw setuju, karena gw pikir dia tertarik sama lo in a romantic way. Jadi Dika bisa deketin lo, dan bodohnya waktu itu gw mau coba juga deketin kak Raja."

Semua nampak geleng-geleng mendengar penjelasan dari Danes. Tak habis pikir akan semuanya itu.

"Kamu deketin aku pun, aku gak akan pernah mau, meski kejadian ini belum terungkap aku gak akan mau." Raja menimpali.

Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang