Raja dan semestanya

Umm... Im Going to Jogja

Mata yang sembab, bibir yang masih terdapat bercak darah, pergelangan tangan yang masih lengkap dengan sayatan beserta darahnya, pipi lebam, dan baju yang kotor dan sedikit robek akibat perkelahian tadi malam. Kondisi Kala pagi ini seperti tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, Kala pagi ini jauh dari dari kata modis, dan rupawannya wajah itu. Belum lagi ia tak tidur semalaman. Keadaan sangat kacau kali ini, lebih dari saat ia di bully waktu SD karena skandal papanya.

Kamar yang berantakan sungguh menambah susasana lebih kacau dengan bercak darah yang masih menempel di lantai kamar itu. Terdengar kembali teriakan dari luar kamarnya.

"Kala keluar, mama mau bicara." Ketuk pintu kamarnya oleh mamanya.

"Kala, buka. Kamu tuli atau gimana sih." Mama kali ini meninggikan suaranya.

"Nggk usah ngomong di kamar Kala, tunggu aja dibawah." Hanya itu yang balasan yang Kala berikan.

Alasan Kala cuman satu ia tak mau menambah emosi dan cacian mama terhadapnya saat melihat kamarnya yang berantakan. Masih dengan penampilan yang sama ia turun kebawah.

"Mama mau bicara apa? Kala udah capek mah asal mama tahu."

"Kamu ini capek apa sih. Kerjaan kamu cuma belajar dan belajar aja. Mama nggk suruh kamu beresin rumah, masak apalagi kerja."

"Emang capek hanya dari fisik aja mah? Kalau nggk terlalu penting Kala balik ke kamar aja. Bicara sama mama cuman bikin Kala makin stress." Tambah Kala.

"Guru bimbel kamu si Malik mulai hari ini nggk bisa datang ke rumah lagi, dia mau ke jogja katanya. Jadi dia akan tetap ajarin kamu tapi via online. Selama dia keluar kota nggk ada waktu bagi kamu buat malas-malasan."

"Utbk semakin dekat, tinggal menghitung hari aja. Belajar yang benar jangan kecewain mama lagi." Sambung mama nya.

Kala hanya melengos saja, kembali ke kamar. Ia tahu ia tidak sopan namun dirinya sangat capek. Butuh waktu sendiri tanpa gangguan itu. Ia merasa ingin berbenah diri supaya bisa kembali fokus belajar.