"Ja, kanaya kirim kamu makanan lagi tuh." Ucap Bian."Iya, buang aja yan." Raja mengucap lesu.
"Kamu udah bilang ke dia jangan ganggu. Tiap hari kamu di teror. Untung makanan, jadi bisa kita-kita makan." Jek meraih paper bag berisi makanan tersebut.
"Ayu-ayu kok gendeng." (Trans: cantik-cantik kok gila) Bian menatap paper bag yang kini berada di tangan Jek.
"Mending kamu cari yang baru aja ja, daripada di ganggu nenek lampir itu terus."
"Halah Jek, Raja mah tinggal milih yan di kampus. semua cewek banyak kali yang udah nembak dia, iya kalau kita yang harus nembak cewek dulu biar dapat pacar. itu pun kalau diterima."
"Iya juga sih, nasib orang kurang ganteng kayak gini amat yan." Jek menepuk pundak sahabatnya itu, seolah sedang mentransfer perasaaannya.
"udah gak usah dibahas, aku tak berangkat dulu. Udah telat ke Cafe." Raja mengambil kunci mobil dan lekas keluar dari kamar kos nya.
Mengendarai mobil sedan putih itu dijalanan, mendengarkan alunan musik sepanjang jalan. Hari-hari yang Raja jalani masih sama seperti biasa, hanya saja beberapa hari yang lalu ia sempat merasakan semangat dan bahagia yang sudah lama tak ia rasakan. Dengan kehadiran adiknya dan Kala. Kala seolah menjadi bumbu pelengkap yang bilamana tidak ada rasa masakan kurang sedap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja dan semestanya
Romance"Sialan, gimana ini bisa-bisanya gw kelewat stasiun. Mana ini malam lagi. Apes gw emang bener kata orang jangan melawan restu mama papa." Berawal dari kelewatan stasiun, ternyata menjadi awal mula pertemuan Kala dan Raja. Awal yang mungkin menurut...