26

34 2 0
                                    

Kali ini Kala bangun terlalu pagi, Ralat dirinya tak tidur sama sekali sejak semalam. Malik yang tiba-tiba datang disaat Kala mencoba untuk melupakannya, terutama kejadian malam itu. Hingga pagi ini, masih terngiang-ngiang kata yang keluar dari mulut Malik jika dirinya tak memiliki perasaan sedikitpun. Lain hal dengan Kala. Ya mau bagaimana lagi, fakta bahwa dirinya ditampar oleh banyak kenyataan yang menyakitkan. Tak dapat ia pungkiri hal itu.

Life must goes on, Ia bersiap untuk berangkat ke kampus. Tak lupa ia mengompres matanya yang masih bengkak dan sembab akibat air matanya yang jatuh sejak semalam. Ya jika dirinya berkaca saat ini, matanya sudah mirip telur rebus. Untuk meminimalisir orang melihat matanya, Kala berangkat ke kampus mengenakan kaca mata, kacamata photocromic. 

"Kak Raja mau kemana? Gak ke kampus kak?" Kala tanpa sengaja bertemu dengan Raja di depan kamar kostnya, Raja memakai celana bahan dengan kemeja hijam yang lengannya di gulung. Memakai kacamata dan menggendong tas ransel di pundaknya.

"Aku mau ke Jakarta, Nganterin Malik." 

"Malik." 

"Iya, kamu udah tahu kan kalau Malik keterima di UK. Berangkatnya besok, jadi aku mau nemenin dia."

Raja masuk kedalam kamar kost nya, meninggalkan Kala sendiri. Kala yang melihat itu, langsung saja pergi toh sepertinya ia sibuk dengan aktifitasnya kini. Hingga suara khas bariton itu menyeru "Kala."

"eh iya."

"Ini kamu kompres mata kamu pakai ini, bengkak itu pasti." Raja menyodorkan sebuah alat kompres yang sudah diisi dengan es batu. "Aku tahu mata kamu bengkak, mangkanya aku kasih kompres. Buruan di kompres, daripada pakai kacamata kayak gitu." Raja mengucapkannya dengan enteng bagi Kala, pasalnya apakah se-ketara itu. 

"K-Kak Raja." Belum sempat menyambung pembicaraanya, Raja menyela sambil memindahkan alat kompres itu ke tangan Kala. "Aku tahu, semalam kedengeran kok kamu nangis."

"Nggk keras, cuman kebetulan aku lewat depan kamar kamu, jadi kedengeran. Udah ini buruan di kompres." Seolah tahu apa yang sedang Kala pikirkan, dan pertanyakan. 

"Makasih kak."

Kurang lebih 5 menit ia duduk sambil mengompres matanya itu, hingga Malik muncul di hadapannya. Kala yang melihat itu berusaha menghindarinya dengan beranjak dari tempat duduknya dan lekas mengembalikan kompres itu ke sang pemilik, Raja. "Kal."

"Kak makasih kompresnya, aku berangkat dulu."

Ia pergi dengan tergesa-gesa, mati-matian ia untuk tak berkomunikasi dan bertatapan dengan Malik. Takut jika tiba-tiba air matanya kembali jatuh. Cukup baginya mendengar semua penjelasan Malik semalam, dan cukup baginya tangisannya semalam. Kadang ia juga tak habis pikir dengan apa yang telah terjadi. semua terjadi begitu cepat dan sangat singkat, banyak hal yang jika kembali dipikirkan olehnya terasa menyakitkan.

Melihat Kala yang langsung pergi begitu saja ketika melihat Malik, Raja sudah paham jika Kala dan Malik sedang berseteru. Bahkan pikirnya saat ini jika Kala menangis semalam karena pertengkarannya dengan Malik. Namun tetap saja ia sungkan untuk bertanya itu kepada Malik.

"Udah siap semuanya?" Alih-alih bertanya, Raja justru berusaha mendistraksi pikiran Malik yang sangat terlihat sebab sedari tadi ia menekuk wajahnya sejak kehadiran Kala. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raja dan semestanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang