‼️‼️
Tekan ☆ sebelum scroll ke bawah!!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Aku tahu dia mencintaiku dan aku pun mencintainya. Tapi seingatku, dia pernah bilang tidak akan pernah bercerai dengan Sharon karena tidak ingin membuat anak-anaknya merasakan penderitaan yang pernah ia alami sebagai anak broken home. Lalu kenapa sekarang dia menginginkan pernikahan denganku?
Padahal aku cukup tahu diri untuk tidak mendambakan hal itu. Secinta-cinta aku padanya, aku tidak akan berani mengharapkan pernikahan dengannya. Itu terlalu jauh.
Aku sadar bahwa kami tidak mungkin bisa bersatu, bahkan tidak sepantasnya aku memiliki perasaan ini untuknya. Tapi aku juga tidak bisa mengendalikan perasaan yang terus tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat ini. Aku tidak pernah berencana untuk jatuh cinta padanya, tidak pernah berencana untuk menyerahkan kesucianku padanya, dan sama sekali tidak terpikirkan untuk menikah dengannya. Apa yang terjadi saat ini sudah diluar kendaliku. Aku sudah menariknya masuk ke dasar jurang yang paling gelap tanpa tahu cara untuk keluar. Ini salahku.
“Hei…”
Kehangatan tangannya di pipiku dan suara lembutnya membuatku tersadar dari lamunan. Aku masih duduk di pangkuannya. Kuturunkan tangannya perlahan dari pipiku, menggenggamnya di atas pangkuanku, lalu menggeleng pelan dengan kepala tertunduk dalam. Tidak ada keberanian untuk menatap matanya.
"Aku.." Suaraku tercekat di kerongkongan.
"Shht!" Dia meletakkan jempolnya di bibirku sambil mengangkat daguku sampai kepalaku tegak dan mata kami bertemu. Tatapannya yang teduh dan tulus itu membiusku lagi untuk kesekian kalinya.
Dia mengecup singkat bibirku.
“Saya tidak ingin mendengar penolakan. Setelah apa yang kita lakukan kemarin malam, apa kamu masih punya pilihan untuk menolak? Sekalipun kamu menolak, saya tidak akan melepaskanmu begitu saja."
“Tapi—”
“Tolong." Dia menyelaku dengan wajah memohon.
Tangannya berada di belakang kepalaku dan menarikku ke dalam pelukannya. Dia mengelus rambut dan punggungku, membuatku nyaman dan tenang di pangkuannya.
"Saya bersumpah tidak akan melepaskanmu, Mentari. Saya pernah melakukan kesalahan itu sekali dan saya tidak akan mengulanginya lagi. Untuk kali ini, di sisa hidup saya ini, tolong izinkan saya bahagia bersama wanita yang saya cintai."
Mataku terpejam di pelukannya. Hatiku tersayat mendengar permohonannya yang begitu tulus. Kalau aku menolak, tentu akan sangat melukai hatinya. Kalau aku menerima, sama saja aku menipunya dan menyeretnya ke dalam dosa yang sangat besar.
“Jangan takut," lanjutnya. "Saya sudah membicarakan ini dengan Sharon. Kami sudah mencapai kata sepakat. Felix dan Feli akan berada dalam hak asuh Sharon, tapi saya masih tetap bisa menemui mereka kapan saja." Dia berbicara sambil terus mengelus kepalaku.
Dia sudah memikirkan sejauh itu? Ya Tuhan... apa yang harus kulakukan? Aku tidak tega membohonginya terus-menerus, tapi aku juga takut kehilangannya. Aku tidak siap menerima kebencian darinya.
"Dan," Dia kembali berbicara. "Soal Felix dan Feli, kamu tidak perlu khawatir. Mereka tetap tanggung jawab saya dan Sharon. Saya tidak akan merepotkan kamu untuk mengurus mereka. Kamu cukup menjadi teman yang baik untuk mereka.”
Kedua tanganku yang sejak tadi enggan membalas pelukannya, kini memeluknya erat. Kalau bukan karena ikatan diantara kami, aku tidak punya alasan untuk menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Blood
Romance"Bagaimanapun, darahnya mengalir dalam tubuhku. Tidak sepantasnnya aku memiliki perasaan ini untuknya." Mentari berniat membalaskan dendamnya pada Bima Pamungkas, ayah biologisnya, atas perbuatannya yang telah meninggalkan ibunya saat sedang hamil d...