PART 16

13.6K 946 32
                                    

Hampir 2 ribu kata nih, jangan lupa vote-nya ✨

***

PART 16

Nara merasa jika ia harus mencari tahu tentang siapa mantan pacar terakhirnya Martin. Karena sampai hari ini ia masih bertanya-tanya, kenapa pria itu mendadak tobat dan tidak main perempuan lagi? Bahkan—katanya—sudah hampir satu tahunan.

Tetapi, sepertinya hal itu terasa cukup sulit. Karena Martin memang jarang sekali memamerkan pacarnya di sosmed. Bahkan saat Nara cek, isi feed sosial media pria itu hanya berupa foto-fotonya saat sedang liburan, beberapa potret pemandangan, serta pertemuan-pertemuan bersama orang penting yang masih berhubungan dengan bisnis dan pekerjaan.

Nara merengut. Jangankan menemukan foto seorang wanita muda, foto adik pria itu saja sama sekali tidak mejeng di sana.

Nara lantas mengecek daftar following-nya. Tentu saja akunnya ada di urutan teratas, dan ia baru menyadarinya beberapa menit tadi, kalau ternyata pria itu adalah salah satu followers-nya di sosial media. Lantaran ia memang sangat jarang sekali mengecek siapa saja orang yang mengikutinya, dan menyukai foto serta melihat instastory miliknya. Karena biasanya ia hanya akan memposting-posting saja, tidak peduli dengan notif serta direct message yang masuk ke sana.

Ia mendengkus saat menemukan kalau ternyata Martin mengikuti Lisa Blackpink di sosial media. Lalu ia juga menemukan beberapa akun artis western di sana, rata-rata memang kebanyakan akun bercentang biru semua—termasuk akun bisnis, seperti akun resort dan spa milik keluarga pria itu, serta beberapa brand yang sepertinya masih bekerja sama dengan perusahaan Martin. Sisanya adalah keluarga, rekan bisnis, dan teman dekat.

Nara iseng mencari-cari nama Gea, ataupun akun-akun dengan username yang tak biasa. Maksudnya, username yang berindikasi sebagai second account atau semacamnya. Tapi tidak ada.

Ia jadi lelah sendiri dan memutuskan untuk berhenti. Karena ia tidak mendapatkan sedikit pun informasi.

Nara mulai berpikir, kira-kira siapa orang yang paling tepat untuk ditanyai tentang Martin?

Tentunya selain sosok Martin itu sendiri, karena tidak mungkin ia langsung bertanya kepada Martin.

Mau ditaruh di mana mukanya nanti?

Dan saat ini Nara terlihat sedang benar-benar sibuk berpikir, sampai-sampai tidak menyadari jika sudah ada orang asing yang tengah masuk ke dalam apartemennya saat ini. Ia sontak terpekik kaget, refleks melepaskan kedua tangan yang baru saja melingkar di perutnya, dan langsung menoleh. Karena sejak tadi ia memang sedang duduk di atas karpet dengan kedua siku tangan yang berada di atas meja kopi.

Martin tampak cengengesan, tidak merasa bersalah sama sekali. Nara yang melihatnya, tampak segera mengambil bantal sofa dan memukuli Martin.

“Bisa gak sih gak usah ngagetin?!”

“Maaf. Gak sengaja tadi.”

Namun, Nara masih belum puas memukuli Martin. Ia tetap memburu pria itu. Karena selain dibuat kaget, ia juga memang mempunyai dendam kesumat terhadap Martin. Hanya saja, entah dirinya yang memang ceroboh, atau Martin yang sangat pintar untuk mencari celah di mana pun dan kapan pun, tahu-tahu mereka sudah berpangkuan di dekat kaki sofa ruang tamu.

Nara mengerjap, sejak kapan mereka berpindah ke ruang tamu? Bukankah tadi ia sedang duduk di ruang tengah, tepatnya di atas karpet bulu yang ada di sana?

“Kamu ganas banget,“ keluh Martin sembari mengusap pinggang Nara sekaligus mengangkatnya, karena ia harus segera membenarkan letak posisi duduknya, supaya ia bisa bersandar di kaki sofa dengan lebih nyaman.

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang