PART 30

13.3K 770 20
                                    

PART 30

Berhubung beberapa bulan belakangan ini Nara sudah kembali tinggal bersama kedua orang tuanya, jadi apa pun yang terjadi, pasti akan segera terendus dengan mudah. Apa lagi oleh Sarah, sang ibu yang langsung curiga begitu melihat anak gadisnya sudah pulang lebih awal. Bahkan terlihat seperti habis menangis dan langsung menyelonong masuk kamar begitu saja. Padahal, tadinya anak itu izin ingin mengajak Martin makan siang berdua, lalu sekalian mengantarkan undangan untuk beberapa teman kuliahnya secara bersama-sama.

Sarah lantas bertanya kepada salah satu asisten rumah tangganya yang masih muda, yang biasanya akan membantunya mengurusi serta mengajak main cucu-cucunya. “Di depan ada Martin gak, Nes?”

Nessa yang baru saja dari depan, tampak menggeleng pelan. “Gak ada, Bu.”

Sarah langsung terdiam, dan membiarkan Nessa pamit berlalu dari sana. Ibu dari 5 orang anak itu terlihat sedang merasa keheranan, kemudian memutuskan untuk menyusul putri bungsunya ke dalam kamar. Pasti ada sesuatu yang telah terjadi terhadap Nara. Makanya gadis itu sudah berada di rumah dan tidak diantar pulang oleh Martin seperti rencana awal.

“Dek? Nara?“ Sarah memanggil putrinya yang diselingi dengan ketukan di pintu kamar.

Sementara di dalam sana, Nara segera menghapus air matanya sembari berkedip-kedip dengan cepat. Ia berdeham samar, lantas menyahuti panggilan dari ibunya barusan. “Iya, Mi? Kenapa?“

“Bisa buka pintunya sebentar?” tanya Sarah kemudian. “Mami mau ngomong sama kamu.”

Tak lama berselang, putrinya itu pun mulai muncul dengan wajah sembap serta kepala yang tertunduk dalam. Sarah sontak langsung menyentuh putrinya sembari bertanya, “Kamu kenapa? Hm?” 

Namun, gadis itu hanya menggeleng pelan.

“Dek ... bilang ke Mami, ada apa?”

Nara benar-benar bimbang untuk mengatakannya. Ia takut jika dirinya berterus terang, dan membuat pernikahannya jadi terancam dibatalkan. Yang akan lebih banyak menanggung malu pasti pihak perempuan. Apa lagi sebagian undangan juga sudah banyak disebar.

Pada akhirnya, Nara hanya mampu menggelengkan kepala. Lalu menenangkan ibunya dengan kalimat, “Enggak apa-apa, Mi. Aku cuma ... lagi sensitif aja.“

Nara segera mengedip-ngedipkan kembali kelopak matanya, supaya ia tidak kelepasan dan menangis di hadapan ibunya. Tetapi, wanita paruh baya itu terlihat tidak memercayainya begitu saja. Sehingga ia pun cepat-cepat menambahkan, “Beneran. Mami kan tahu, aku lagi dateng bulan dari semalem. Makanya aku begini.“

Sarah tidak langsung menjawab, melainkan sibuk meneliti wajah anaknya. Hingga keheningan pun mulai tercipta. Sampai akhirnya, ia berkata, “Kalau ada apa-apa, kamu bilang aja ke Mami. Ya?”

Nara segera mengangguk, “Pasti, Mi. Aku pasti akan langsung bilang ke Mami.”

Padahal, apa yang dilakukannya barusan ini, sangat berbanding terbalik dengan apa yang diucapkan olehnya saat ini.

***

Selepas kepergian Nara dari kantornya, tentu saja Martin langsung memerintahkan Shintya untuk segera memanggil Ardan supaya menghadap dirinya.

Namun, sial. Pria itu sedang tidak ada di tempat. Sehingga Martin pun terpaksa harus menunggu sampai Ardan menyelesaikan pekerjaannya di luar. Karena saat dihubungi oleh Shintya, ternyata pria itu masih sibuk dan belum bisa kembali ke kantor secepatnya.

Sementara itu, Shintya yang melihat sendiri bagaimana amarah bosnya, tampak merasa tidak enak jika harus pamit izin keluar dari ruangan sekarang. Lantaran ia takut salah bicara, dan membuat dirinya jadi ikut terkena sasaran juga. Karena sejak tadi kemarahan pria itu terlihat menyasar ke mana-mana. Beberapa orang bahkan sudah sempat menjadi korbannya.

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang