Hellow, dah hampir 2 minggu ya 😂
Btw, hampir 2 rb kata nih. Happy reading, guys!
***
PART 27
Pernikahan Tiffany sudah lewat. Tepat tiga hari setelahnya, Nara mulai disibukkan dengan pertemuan keluarga yang terjadi di rumah kedua orang tuanya. Keluarga Martin datang ke sana untuk membicarakan tentang lamaran yang akan segera berlangsung sebelum menentukan tanggal pernikahan. Karena Nara sudah menyetujui niat baik itu setelah sibuk mempertimbangkan tentang banyak hal. Termasuk tentang hubungannya dengan Martin yang masih terbilang sangat singkat. Bahkan belum genap 5 bulan.
Lalu, beberapa hari berselang, Nara tampak sibuk memilih kain serta membeli barang-barang yang diperlukan untuk seserahan. Karena Rina sengaja mengajak gadis itu untuk ikut berbelanja, supaya semua barang seserahan dari keluarga mereka nanti tidak ada yang salah, sehingga bisa dipakai semua.
Rencananya, acara lamaran itu nanti akan belangsung secara private. Tidak mengundang orang luar dan hanya akan dihadiri oleh seluruh anggota keluarga besar serta RT setempat. Meski begitu, mereka tetap menggunakan jasa profesional untuk mengatur acara, menyiapkan makanan, serta mendekor rumah.
Walaupun sedang disibukkan dengan berbagai macam hal, Nara masih sempat bertanya kepada Martin perihal seleksi macam apa yang telah dilakukan oleh ayahnya. Tetapi, Martin selalu berkelit dengan menyuruh Nara untuk bertanya langsung kepada sosok Baskara, atau mengatakan jika hal itu adalah rahasia yang hanya boleh diketahui oleh Martin dengan sang ayah. Hingga pada akhirnya Nara pun menyerah, berhenti bertanya. Karena ayahnya juga tidak mau memberitahunya secara gamblang. Sampai tibalah hari di mana Nara akan melakukan fitting kebaya untuk yang terakhir kalinya sebelum acara lamaran itu terlaksana.
Nara akhirnya mendengar ucapan Kirana—alias Rana, kakaknya—yang sedang keceplosan bicara.
“Memangnya kamu gak tahu, Dek? Kalau Papi sempet nyuruh Martin buat tes kesehatan sampe minta bukti kalau dia memang bener-bener belum punya anak,” gumam Rana sembari bercermin dan membenarkan letak kain yang sedang tersampir di atas bahunya. Karena ia juga sedang fitting kebaya, dan sedang mencari kekurangan dari busana miliknya supaya bisa dirombak secepatnya. Lantaran acara lamaran sang adik sudah hampir di depan mata. “Soalnya Papi gak mau kalau nanti kalian udah nikah, terus tiba-tiba ada mantannya yang bawa anak ke rumah.”
“Cepetan amit-amit, Ra, sebelum kejadian,“ suruh Rana dengan seenaknya.
Saat itu Nara langsung menoleh ke arah kakak perempuannya yang satu lagi, yaitu Winona. Tetapi, ibu dari empat orang anak itu terlihat biasa-biasa saja. Sama sekali tidak merasa terganggu, apa lagi tersinggung oleh ucapan Rana barusan. Mungkin karena Nona memang orang yang sangat sabar, dan mengetahui bagaimana perangai adik-adiknya. Selain itu, Nona juga sudah lama berada di tahap menerima, dan tidak lagi mempermasalahkan masa lalu suaminya. Lagi pula kejadian itu juga sudah berlalu cukup lama. Sudah bertahun-tahun silam. Saat Nara masih sibuk kuliah, dan sekarang gadis itu sudah akan menikah.
Winona sudah melewati banyak hal. Termasuk omongan pedas dari orang lain yang pernah mengatainya bodoh dan segala macam.
Dari sanalah, akhirnya Nara mengetahui sedikit tentang seleksi yang telah dilakukan oleh ayahnya terhadap Martin sebelum benar-benar merestui hubungan mereka.
Nara mendapati hatinya yang kembali menghangat oleh perbuatan sang ayah. Ia tahu jika ayahnya itu sangat mencintai serta menyayangi dirinya. Walau dulu mereka sempat beberapa kali bersitegang karena Nara merasa jika ayahnya itu terlalu mencampur-adukkan masalah pribadinya dengan ayahnya Ben di masa lalu, yang berimbas kepada hubungannya dengan Ben waktu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomanceSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...