Bercanda, guys.
Gak bakal gonjang-ganjing kok 😌
***
PART 36
“Kamu semalem ngigau,” beritahu Martin begitu memiliki kesempatan yang ia rasa bagus untuk membahas tentang hal ini dengan Nara.
Wanita itu tampak memandang ke arah Martin dan bertanya dengan tawa kecil di bibirnya. “Oh ya? Ngigau apa?”
Martin mengangkat bahunya dengan gerakan samar. “Kamu muji aku, tapi malah nyebut ‘Mas',” katanya sambil mengernyitkan dahi di ujung kalimat. “Jadi, aku kurang yakin itu kalimat pujian buat aku atau bukan.”
Nara tampak kembali tertawa, terlihat sangat santai. “Ya buat kamu dong, memangnya aku mau muji siapa lagi selain kamu? Lagian, aku memang lagi kepikiran buat mulai manggil kamu pake sebutan ‘Mas’ kok.”
“Kenapa?”
“Kamu lupa waktu itu aku sempet ditegur sama Mami karena masih manggil kamu pake nama?“
Hal itu terjadi saat satu hari setelah mereka menikah, dan Nara masih memanggil Martin menggunakan nama pria itu di hadapan para keluarga. Padahal Rina sudah sangat sering menggunakan kata ’Mas-mu’ saat sedang membicarakan Martin dengan Nara. Sehingga hari itu pun Sarah sempat memberikan sedikit teguran sekaligus wejangan kepada putri bungsunya, supaya mulai membiasakan diri untuk memanggil Martin menggunakan kata ‘Mas’. Lagi pula, Martin itu umurnya memang lebih tua dari Nara.
Martin ingat. Bahkan waktu itu pun ia sempat menimpali nasihat yang diberikan oleh ibu mertuanya kepada istrinya. “Enggak apa-apa, Mi. Jangan dipaksa. Nanti juga pelan-pelan pasti bakal berubah sendiri panggilannya.”
Tetapi, Martin tidak pernah mendengar Nara yang mulai mencoba memanggilnya dengan sebutan ‘Mas’. Karena wanita itu masih memanggilnya dengan nama, atau sesekali akan menggunakan kata ‘Sayang’ sama seperti sebelumnya saat mereka berdua masih belum menikah.
Dan saat ini Martin segera menggelengkan kepala, karena ia sama sekali tidak lupa. Lalu ia pun kembali bersuara. “Tapi kan kamu belum pernah nyoba.”
“Kamu yakin kalau yang semalem kamu maksud itu beneran aku?” tanya Martin dengan sedikit nada ragu.
Nara mengangguk. “Lagian, itu aku enggak ngigau tauk,” katanya yang kembali tertawa. Membuat Martin terkejut. “Aku memang mau muji kamu.”
“Beneran?”
“Iya,” Nara manggut-manggut pelan menanggapi suaminya. “Kan semalem kamu kayak orang yang lagi haus validasi banget,” ucapnya setengah mencibir. “Tapi, itu aku udah beneran ngantuk berat, makanya langsung balik badan, biar bisa fokus tidurnya.”
Nara lantas menghabiskan sisa yogurt yang sejak tadi sedang disantap olehnya. Sedangkan raut wajah Martin sudah mulai berubah. Tampak kembali cerah setelah mendengar penjelasan dari Nara.
“Jadi, bukan karena kamu lagi mikirin si Andra?“ tanyanya yang ingin memastikan. Membuat suara tawa Nara kembali menyembur untuk yang kesekian kalinya.
“Oh... jadi, kamu mikir kalau aku lagi nginget Mas Jeje?” tanya Nara dengan geli. Lantas berdiri sebentar untuk membuang wadah yogurt-nya ke dalam tempat sampah. Dan kepala Martin tampak mengikuti pergerakan wanita itu ke mana pun dia pergi melangkah. Termasuk saat istrinya itu mengambil sendok teh yang baru dan kembali mendekati dirinya yang sedang duduk, lalu meletakkan sendok itu.
“Kamu tenang aja, aku udah lama enggak mikirin dia lagi kok.“ Nara menenangkan Martin sembari menunduk dan menangkup wajah suaminya itu. Sedangkan tangan pria itu sudah melingkar di tubuhnya yang saat ini sedang berdiri. Kemudian, ia pun mengecup pelan dahi pria itu dengan sorot geli. Membuat Martin terpejam sekilas dengan senyum yang melengkung di bibir. Pria itu memang sangat menyukai segala jenis skinship. “Lagian, aku juga udah bisa nerima semuanya, mungkin aku sama Mas Jeje memang enggak pernah jodoh dari awal.“

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomanceSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...