Alhamdulillah, udah 20k viewers lebih 🥳
Makasih yaa, karena udah baca cerita Nara & Martin sampe sejauh ini.
Tenang aja, masih ada konflik lain selain konflik salah paham kemarin 😂
Happy reading!
***
PART 31
Salah paham biasa, apanya?
Rina malah mendapat kabar dari calon besannya yang perempuan jika sepertinya ada masalah serius yang tengah terjadi di antara anak mereka. Karena Nara menolak menemui Martin yang sempat datang ke rumah, dan menyuruh supaya Sarah saja yang meladeni pria itu dengan alasan kalau Nara sedang tidak enak badan.
Namun, saat dicek oleh Sarah, suhu badan gadis itu biasa-biasa saja. Tetapi, dia tetap keras kepala, tidak mau menemui Martin, apa lagi bicara dengannya. Terhitung sudah dua kali Martin datang ke rumah, dan dua-duanya ditolak oleh Nara. Makanya, Sarah akhirnya menelepon si calon besan, berharap bisa segera menemukan titik terang. Karena Nara pun terkesan seperti tengah menutupi sesuatu darinya, begitu pula dengan Martin yang hanya memaklumi sikap Nara saat gadis itu menolak bertemu dengan dirinya.
Rina lantas bergegas masuk ke dalam kamar dan meraih salah satu tas miliknya begitu menyelesaikan panggilan teleponnya dengan si calon besan. Ia akan menemui putra sulungnya di kantor sekarang, supaya mereka bisa langsung berbicara sekaligus mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada.
Tidak lucu kan jika kedua calon pengantin itu tidak segera menyelesaikan masalah mereka, sedangkan hari-H sudah hampir di depan mata.
Begitu sampai di kantor, Rina langsung naik lift menuju ke ruangan sang putra. Ia sempat bertanya kepada seorang Resepsionis yang tadi menyapa dirinya, dan gadis itu mengatakan jika saat ini putranya belum pergi ke mana-mana. Masih berada di lantai atas, tapi sepertinya akan pergi meeting di luar saat mendekati jam makan siang.
Itu artinya Rina masih memiliki sedikit waktu sebelum putranya itu benar-benar pergi dari kantor.
Namun, meeting penting pun masih bisa diundur. Karena Rina sudah bertekad tidak akan melepaskan putranya itu sebelum masalahnya dengan Nara benar-benar menemukan titik temu.
Saat hampir mencapai pintu ganda yang dulunya adalah ruang kerja milik suaminya, Rina tampak melirik sekilas ke arah Shintya yang terlihat agak terkejut dan segera berdiri untuk menyambut dirinya.
Namun, ia tidak terlalu memedulikan sambutan itu, karena ia sudah lebih dulu berjalan dan membuka pintu. Ia tidak memerlukan tenaga Shintya hanya untuk mendorong pintu itu. Lantaran ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putranya, serta menekan anak itu supaya mau berbicara, dan berhenti memendam masalahnya sendirian.
“Lho? Mama?”
Itu adalah reaksi alami dari seseorang yang terkejut karena pintu ruang kerjanya dibuka secara tiba-tiba, hampir dibanting pula. Sedangkan Shintya yang berada di belakang ibunya, hanya mampu meringis pelan, dan memasang raut wajah tidak enak. Terlihat serba salah.
Namun, Martin segera memberi isyarat, supaya sekretarisnya itu kembali ke tempat. Karena ibunya baru saja membalas ketus dengan mengatakan, “Kenapa? Gak suka?”
Martin tahu jika ibunya itu pasti sedang marah. Entah apa yang menjadi sumber kemarahan ibunya, tapi Martin sudah mendapatkan firasat buruk sejak melihat kemunculan ibunya itu di sana.
Martin lantas menghampiri ibunya, lalu mencium tangan wanita itu dan memegang bahunya. Bermaksud untuk mengiringnya ke arah sofa. “Mama mau minum apa? Biar aku suruh Shint—”

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara
RomansaSemua berawal dari busana biru pastel, ciuman terdesak, serta aksi yang dipergoki oleh ibunya, hingga membuat Nara harus terjebak bersama pria berengsek seperti Martin dalam kurun waktu yang lama. Entah sampai kapan, tapi mampukah Nara mengatasi ini...