PART 13

16.6K 1K 24
                                    

Part 13 yang kemarin itu kepencet ya, maniez.
Soalnya aku lgi iseng utak-atik wp. Aku aja panik pas babnya beneran kepublish 😂

Maafin, gak bermaksud php 🙏

Btw, udah awal bulan aja nih. Happy reading~

***

PART 13

Sore itu Nara benar-benar mengamuk pada Martin. Selain ingin menyalurkan kekesalannya semalam, ia juga ingin menyalurkan kekesalan karena Martin baru saja menyabotase sopir pribadi ibunya. Hingga sopir yang biasa turut mengantar-jemputnya itu tidak ditemukannya di mana-mana. Dan saat ia menelepon sopir ibunya, ternyata sopirnya itu tadi sudah sempat disuruh pulang oleh Martin sebelum ia benar-benar menyelesaikan pekerjaannya.

Nara lantas terus memukuli pria itu menggunakan tas kerja miliknya, benar-benar menumpahkan kekesalannya sambil sesekali berteriak dan mengumpat. Tak peduli jika saat ini mereka berdua mungkin tengah menjadi tontonan beberapa orang. Karena keduanya sedang berada di parkiran khusus tamu milik gedung Adikara.

“Dasar bajingan! Hih!” teriak Nara dengan sangat kesal sembari menyudahi aksi memukulnya yang cukup brutal. Karena seorang satpam baru saja datang, dan mencoba untuk memisahkan mereka. Ia lantas mengatur napas, tapi masih terus memandangi Martin dengan sorot mata sebal.

“Bu, tolong jangan membuat keributan lagi. Nanti saya yang dimarahi oleh Pak Pram,” pinta satpam itu dengan nada tidak enak bercampur dengan takut dan khawatir yang menjadi satu. Karena tugasnya adalah menjaga keamanan di sekitar sini. Jika tertadi keributan ataupun kehilangan dan segala macam, sudah pasti ia dan timnya yang akan kena teguran langsung dari atasan.

Martin yang tengah mengusap-usap lengan serta kedua bahunya, tampak segera berujar kepada satpam satu itu. “Bapak tenang aja, nanti kalau Pram marah, biar saya yang tanggung jawab.”

“Bapak tahu kan siapa saya?“ tanya Martin yang membuat satpam itu mengangguk pelan. “Ya udah, kalau gitu Bapak boleh pergi sekarang. Kami enggak akan bikin keributan lagi, jadi Bapak bisa tenang.”

Sementara itu, Nara yang sudah terlihat jauh lebih tenang, tampak ikut berbalik badan. Bermaksud untuk segera pergi sana. Karena ia ingin segera mencari taksi ataupun kendaraan online lainnya. Hanya saja, sebelah tangannya langsung ditangkap oleh Martin dengan sigap. Hingga membuatnya mendelik dan kembali menatap pria itu dengan kesal. “Apa lagi?!” tanyanya dengan suara yang terdengar sangat galak. Karena kedongkolannya terhadap pria itu masih belum mereda sepenuhnya.

“Sensi amat,” seloroh Martin yang terdengar sangat santai. “Jangan keseringan marah-marah, nanti cepet tua.”

“Bodoh amat!“

“Ayo, kita pulang,” ajak Martin seenaknya. Membuat Nara sontak berdecak.

“Enggak mau!”

“Harus mau.“

“Martin, enggak mau.” Nara terus berusaha melepaskan pegangan tangan pria itu.

Mereka tampak saling tarik-tarikan di tempat itu, tidak ada yang mau mengalah sedikit pun. Sedangkan tak jauh dari situ, sudah ada sosok Pram yang baru saja menghentikan mobilnya, lalu berjalan luwes menghampiri mereka berdua.

“Ada apa ini?” tanya Pram yang sontak saja langsung menarik perhatian. Baik Martin maupun Nara, tampak sudah menoleh ke asal suara begitu mendengar teguran dari pria itu barusan.

Nara segera memanfaatkan kesempatan yang ada. Ia lantas mengadu pada sosok Pram. Karena bagaimanapun juga, pria itu adalah atasannya. “Ini, Pak. Sepupu Bapak mau melecehkan saya.“

DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang