"Please, motivasi gue biar mau rapat, Nad," keluhku dari jok belakang motor Nada.
"Please, ini kamu udah berangkat, Re," jawab Nada dengan setengah berteriak.
Hmm, benar juga, sih, apa kata Nada. Lima menit lagi kami akan sampai di kampus, tempat rapat diadakan. Sesuai janji Randi saat rapat kemarin, saat ini kami mengadakan rapat lanjutan mengenai detail acara setelah ia berkonsultasi dengan dosen penanggung jawab. Hal tersebut karena biasanya dari pihak dosen mempunyai permintaan acara tersendiri.
"Kenapa nggak siangan aja gitu, loh." Aku melanjutkan keluhanku sebelumnya saat kami sudah sampai di ruang pertemuan yang sama dengan kemarin.
Ruangan hampir setengahnya terisi. Ada beberapa wajah yang tidak kukenali saat rapat pertama kali kemarin.
"Malam aja, ya, biar banyak yang bisa, said Randi di grup chat," jawab Nada dengan Nada sarkasnya.
Aku hanya memberikan helaan napas panjang sebagai balasan.
Tiba-tiba saja Nada berjalan cepat mendahuluiku. Aku hanya mengerutkan dahi tidak mengerti. Sampai pada akhirnya Nada duduk tepat di belakang Aksa dan Damar. Mereka berdua tengah fokus pada ponsel di masing-masing genggaman, sesekali mengobrol yang tidak bisa aku dengar dari posisiku saat ini.
Aku memberikan tatapan setajam pedang kepada Nada, sedangkan ia hanya membalas dengan senyum lebar tanpa dosa sambil melambaikan tangan.
"Lo ngajak tengkar gue?" bisikku pada Nada setelah berhasil duduk di sebelahnya.
"Lah, katanya minta duduk paling deket pintu? Ya, di sini, dong. Apa mau sebelahnya?" Nada menjawab dengan volume suara normal, sehingga aku yakin bangku depan dapat dengan jelas mendengarnya.
Aku diam tidak menjawab, melainkan memberikan jari tengah padanya.
Lima belas menit kemudian ruangan sudah penuh dan rapat segera dimulai.
"Langsung aja, ya. Jadi, setelah ketemu sama Pak Gandi kemarin, hasilnya kaya gini." Randi yang berdiri di tengah-tengah ruangan mulai menjelaskan. "Acaranya bakal ada lomba kebersihan per departemen, paper competition, social project, seminar tahunan engineering, sama festival. Kurang lebih sama, sih, kaya tahun lalu, cuma nambah di social project aja."
Nada sebagai sekretaris di sebelahku dengan cepat mengetikkan apa yang dijelaskan Randi.
"Aksa," Randi menoleh ke arah Aksa yang duduk di depanku, "Nanti minta tolong, ya, kira-kira social project-nya mau apa. Boleh juga nanti anggota lain misal ada usulan ditampung."
"Oke." Aksa dengan jawaban singkatnya mengangguk.
"Sip." Randi melakukan hal yang sama. "Buat yang lain, sekarang kan udah tahu kira-kira apa aja acaranya. Jadi, bisa disesuaikan, lah, kalian butuh berapa banyak anggota. Jangan lupa juga kemarin udah ada beberapa, kan, dari yang ada di sini."
Setelah tanya jawab dan penjelasan lainnya yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam, rapat dibubarkan.
Saat Aksa berbalik hendak mengambil tasnya, Nada berceletuk, "Sa! Nih, si Regen minta tolong anterin, dong."
Secepat kilat aku menoleh ke arah Nada. "Maksud?!" Dalamnya kerutan di dahiku sudah mampu menyaingi Palung Mariana.
"Ya, gapapa. Aku mau langsung pulang aja. Mager mampir-mampir," jawab Nada dengan mengangkat bahu. "Nggak kasihan apa kamu, rumahku jauh." Nada berpura-pura menyeka air mata yang memang tidak ada.
"Nggak usah ngadi-ngadi lo, ya. Biasanya juga ngalong di kos gue!"
Nada menggelengkan kepala sambil memejamkan mata. "Hayati lelah. Ingin cepat istirahat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteriously Matched
RomanceRegen tidak suka sesuatu hal yang rumit. Akan tetapi, seakarang ini ia dihadapkan dengan persimpangan; masa lalu yang muncul kembali tanpa aba-aba, masa depan yang terlalu menggoda untuk dilewatkan, dan seorang anonim yang mampu mengalihkan perhatia...