22: Dua Kotak Susu

158 23 0
                                    

"Dalam Hukum Hooke dan Modulus Elastisitas, pada umumnya elemen dalam struktur disusun atau didesain agar deformasinya kecil dan bergerak hanya pada garis lurus dalam diagram..."

Fokusku terbagi dua. Lima menit tangan kananku akan menyalin catatan dan penjelasan dari Pak Ismail yang tengah menerangkan salah satu materi Elemen Mesin, menit selanjutnya tangan kiriku di bawah meja sibuk membaca chat yang masuk di grup—PR dan Koor. Menghindari tatapan elang dari Pak Ismail sulitnya setara dengan membaca pikiran Aksa.

"Fokus, Neng, fokus," ejek Nada dengan berbisik.

Aku hanya memberikan lirikan sinis.

Padahal Nada juga sama denganku, tapi kenapa hanya aku yang khawatir? Aku terlalu memikirkan jika akan terjadi sesuatu di luar rencana. Padahal juga hanya dosen yang berkeliling untuk memberikan penilaian mengenai kebersihan masing-masing departemen. Memang sudah ada Dimas, tapi tetapi tetap saja hati ini tidak tenang jika tidak terjun langsung di sana.


[PR Dies Natalis Asik]

Gio

Udah mbak tenang tenang

Pokus saja kelasnya

Indah

Sok sok nyuruh tenang

Tadi aja panik

Nisa

sssttt


Mataku membulat membaca kalimat yang dituliskan oleh Indah. Aku mendongak untuk memeriksa Pak Ismail. Untung saja beliau terlalu fokus dengan coretannya di papan.

"Ini ada apa, Nad. Nggak tenang gue." Aku menggeserkan ponsel yang kupegang agar Nada bisa melihatnya—tentunya tetap di bawah meja.

"Hmm...tanya aja," balas Nada.

Dengan berulang kali mendongak dan menunduk, aku berhasil mengetikkan pesan balasan di grup.


Regen

ada masalah?

Gio

Tenang Mbak

Indah aja yang alay

Udah beres kok


Tidak puas dengan jawaban yang diberikan, aku mengeluarkan jurus terakhir.

"Pak." Aku mengangkat tangan sampai Pak Ismail menoleh ke arahku.

"Ya?" Pak Ismail membenarkan letak kacamatanya.

"Izin ke toilet, Pak," izinku.

"Yaa, silakan." Pak Ismail kembali fokus dengan papan tulisnya.

Tidak semua dosen mengharuskan untuk meminta izin ke belakang, hanya beberapa saja. Namun, Pak Ismail tergolong ke bagian yang beberapa. Masih ingat dengan Pak Ismail, kan? Beliau yang mengajar kelas di mana aku telat dan tidak bisa ikut kuis.

Aku langsung bangkit dari kursi dan berjalan cepat menuju bagian paling pojok lorong di sebelah tangga. Memasuki satu dari tiga bilik, aku menekan tombol telepon.

"Gi? Gimana?" tembakku setelah Gio mengangkat telepon.

"Mbak Regen? Nggak kelas?" Terdengar nada terkejut dari Gio.

Mysteriously MatchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang