"Nggak adil emang. Selalu gue yang disuruh ke sini. Sekali-sekali kalian dong nyamperin gue," gerutu Alika saat pertama kali sampai di kantin Teknik dan mendudukkan diri.
"Itungannya tuh gue sama Nada dua, lo seorang doang," balasku.
"Nah!" Nada tersenyum penuh kemenangan dan menganggukkan kepala. "Lagian kamu kan juga seneng katanya, bisa cuci mata."
"Awas aja kebablasan. Gue aduin lo ke Mas Pacar." Aku menyipitkan mata.
"Tukang ngadu lo dasar!" sahut Alika gemas, lalu berdiri untuk pergi memesan makanan.
Alika memang sudah punya pacar. Namanya Rangga, satu jurusan dengan Alika, Manajemen. Di Universitas Dharma Satya, tempatku kuliah saat ini, tiap fakultas memang tidak selalu terletak berdekatan, walaupun memang masih satu area atau hanya ada satu kampus. Salah satu contohnya adalah Fakultas Ekonomika dan Bisnis—tempat Alika berkuliah—dengan Fakultas Teknik—tempatku dan Nada di Teknik Mesin—yang terpisahkan jalan raya dan beberapa gedung lain.
Kantin Fakultas Teknik berupa bangunan terbuka bercat putih dengan tiang-tiang berwarna biru mengelilingi. Berbagai konter yang menyediakan banyak macam menu berjajar rapi di sebelah barat. Tidak ada pintu masuk karena kamu bisa masuk dari berbagai arah. Saat Alika kembali duduk, tepat pada saat itu juga ada dua orang manusia yang baru melangkah memasuki area kantin. Usahaku untuk terlihat tidak peduli digagalkan oleh cuitan Nada.
"Wih! Siapa tuh, Re," ucapnya dengan nada menyebalkan.
"Shut up," balasku dengan malas.
Kalian ingin tahu siapa? Meskipun dengan menceritakan hal ini aku harus mengorek luka lama, tapi aku akan sekali ini saja berbaik hati menjelaskan.
Dua orang tersebut adalah Aksa dan Damar. Aksa berdiri sebelah kanan dengan tas ransel yang ia sampirkan di bahu kanan. Rambutnya yang lemas telah sampai mentupi matanya—lebih panjang dari terakhir kali aku melihatnya. Kulitnya kuning langsat dan perawakan kurus dengan otot yang sesuai pada tempatnya. Damar adalah sahabatnya dengan rambut pendek rapi dengan perawakan yang kurang lebih sama.
Mengapa aku bilang akan mengorek luka lama? Yap, Aksa adalah mantan pacarku. Kami putus empat bulan yang lalu. Alasannya? Aku sendiri tidak tahu.
Mereka berdua kemudian duduk di salah satu kursi kosong yang tersedia, berjarak empat kursi jauhnya dari tempatku saat ini. Ini adalah pertama kalinya aku kembali melihatnya setelah satu minggu perkuliahan dimulai kembali. Aku tidak sadar pandanganku mengikutinya sampai tiba-tiba dia memandang tepat ke arahku. Mata kami bertemu. Seperti telah diatur oleh seseorang, kepalaku memutar potongan film saat pertama kali kami dipertemukan.
"Yak, buat pembukaan mungkin perkenalan aja, ya," kata kakak pembimbing kami selama orientasi fakultas. "Aku Alan dari Teknik Industri."
"Aku Ana dari Arsitektur. Salam kenal ya semuanya," lanjut pasangannya.
"Halo, Kak!" serentak kami semua memberikan salam.
Ada sekitar sepuluh mahasiswa baru yang kompak mengenakan kaos polo berwarna putih yang sebelumnya diberikan oleh fakultas. Berbeda dengan dua kakak pembimbing kelompok kami yang mengenakan korsa berwarna abu-abu.
Setelah kakak pembimbing mengenalkan nama, dilanjutkan dengan perkenalan diri oleh para mahasiswa baru, tidak terkecuali aku.
"Pagi semua. Kenalin nama aku Regen Rosenia dari Jakarta. Di sini ambil jurusan Teknik Mesin," kataku mengenalkan diri.
"Wooo," sorak beberapa mahasiswa yang sedang duduk melingkar bersamaku ini, mengundang beberapa kepala mahasiswa dari regu lain yang sama-sama berada di halaman gedung kantor pusat fakultas menengok ke arah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteriously Matched
RomanceRegen tidak suka sesuatu hal yang rumit. Akan tetapi, seakarang ini ia dihadapkan dengan persimpangan; masa lalu yang muncul kembali tanpa aba-aba, masa depan yang terlalu menggoda untuk dilewatkan, dan seorang anonim yang mampu mengalihkan perhatia...