Aku memandang pantulan wajah dan badan di cermin. Perlahan aku mendekatkan wajah padanya. Tanganku terangkat, memegang, meremas, menyubit, menguyel pipiku yang tidak seberapa. Aku menepuknya beberapa kali, memberikan sensasi menyengat pada diri sendiri.
Aku mengangkat kedua lengan, memperhatikannya baik-baik. Kuturunkan untuk bekacak pinggang, mengira-ngira lingkar pinggang. Sekali lagi aku menangkupkan tangan di pipi.
Gue kurusan nggak, sih?
Aku menarik benda yang terbuat dari kaca berbentuk lingkaran dari belakang cermin. Dengan ragu, aku memindahkan berat tubuhku di atas timbangan. Mataku terpejam, enggan untuk melihat angka yang tertera. Dengan tangan terkepal, aku membuka perlahan kelopak mata yang tertahan.
Shit.
Aku turun dari timbangan. Berkurang lima ratus gram dari terakhir kali aku menimbang. Aku berjalan menuju pojok ruangan, mengambil satu kotak susu dari kardusnya. Segera aku meneguk isinya. Ketika menyisakan setengah, ponselku berbunyi menampilkan notifikasi.
Aku tidak kaget dengan nama yang muncul, tapi cukup untuk bisa menaikkan alis. Kali ini ada apa lagi?
Kinan @kinandesara
Aksa di mana re?
Suruh bales chat gue dong
Entah apa ekspresi yang tengah muncul di wajahku. Heran, bingung, kesal, marah. Rasanya semua bercampur menjadi satu.
Untuk apa dia chat Aksa? Apakah memang mereka sering berbalas pesan? Kinan memang sering menggangguku, membalas story yang kuunggah dengan kalimat tidak mengenakkan. Lalu sekarang semena-mena mengirim pesan seakan aku pesuruh.
Regen Malik @regenrmalik
ngapain lo nyuruh2 gue
nggak dibales berarti nggak penting lo
Sungguh, pagi yang sangat suram untuk mengawali hari.
Kinan @kinandesara
Dia ada janji sama gue
Regen Malik @regenrmalik
apaan?
Kinan @kinandesara
Kepo aja
Regen Malik @regenrmalik
si anjing
Aku memejamkan mata. Mengambil napas, menahannya sejenak, buang. Begitu terus kulakukan sebanyak tiga kali. Merasakan aku sudah cukup tenang—sedikit—aku mecari kontak Aksa di ponselku. Setelah beberapa kali berdering, akhirnya aku mendengar suara Aksa menyapaku dari seberang sana.
"Kenapa, Re?"
Aku tidak tahu bagaimana untuk memulainya. Aku tidak ingin memunculkan pertengkaran yang sekian kali. Apalagi ini masih pagi. Namun, aku juga tidak tahu harus mengatakan apa. Apakah aku harus membahas masalah ini? Atau aku harus memendamnya ini bukanlah hal yang baru? Pilihan mana yang harus kuambil?
"Kamu sibuk?"
"Hmm...mau keluar?"
Aku menggigit bibir. "Kamu masih ada tugas nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteriously Matched
RomantikRegen tidak suka sesuatu hal yang rumit. Akan tetapi, seakarang ini ia dihadapkan dengan persimpangan; masa lalu yang muncul kembali tanpa aba-aba, masa depan yang terlalu menggoda untuk dilewatkan, dan seorang anonim yang mampu mengalihkan perhatia...