44: Aku-Kamu

166 17 0
                                    

Jam baru menunjukkan pukul setengah satu siang, tapi jadwalku untuk hari ini telah selesai. Keluar dari kelas, aku berniat untuk menuju perpustakaan. Sayangnya untuk kelas ini aku tidak bersama Nada karena merupakan mata kuliah pilihan.

Aku ke perpustakaan untuk meminjam buku acuan Sistem Kendali yang digunakan oleh dosenku. Minggu lalu beliau memberi tahu akan mengadakan kuis dengan buku tersebut. Semoga saja aku masih kebagian buku.

Saat aku melewati lobi departemen, aku melihat dua orang yang sedang bercakap-cakap dengan semangat. Tidak sengaja aku mendengar mereka menyebutkan kata yang sudah tidak kudengar beberapa hari terakhir. Friendly.

Aku mengeluarkan ponsel dari saku, membuka aplikasi yang sudah tidak pernah aku buka seminggu ini. Setelah terbuka, aku tidak menemukan apa-apa. Kosong melompong. Keningku mengerut dalam. Bagaimana bisa?

Satu-satunya ruang obrolan yang kumiliki adalah dengan M dan sekarang tidak ada yang muncul. Apakah berarti ia menghapus ruang obrolan kami? Namun, seharusnya hal tersebut tidak berpengaruh di ponselku. Aku membuka friendlist. Tidak ada seorang pun di sana.

"Hahh?"

Aku memencet bagian explore dengan simbol bar yang berisi urutan 'rating' pengguna. Harusnya ia berada di urutan teratas—atau setidaknya bagian atas kalau tidak berubah jauh dari saat pertama aku memiliki aplikasi ini. Akan tetapi, tidak ada juga nama yang aku cari.

Apakah dia telah menghapus akun miliknya? Besar kemungkinannya demikian.

Aku membuang napas. Lebih baik aku kembali ke tujuan awal sebelum aku kehabisan.

Suasana di perpustakaan seperti biasa, cukup banyak orang tapi tetap berselimutkan keheningan. Aku segera menuju spot bagian departemen milikku. Dengan seksama aku mencari judul yang dosenku maksud.

Baru mencari buku saja, perutku sudah terasa campur aduk dan mual. Aku lebih baik diberikan kuis secara mendadak dibandingkan diberi peringatan seperti ini. Kalian masih ingat penyakitku jika ujian datang? Hal tersebut juga berlaku di kuis biasa seperti ini. Aku bahkan tidak ingat apa penyebabnya. Yang aku tahu, semuanya dimulai ketika aku menghadapi Ujian Nasional ketika SMA.

Mataku berbinar ketika akhirnya menemukan buku yang aku cari. Dia berada di rak paling atas. Untung saja aku memiliki tinggi badan yang sedikit di atas rata-rata, sehingga dengan mudah aku dapat meraihnya. Namun, yang tidak kuduga adalah buku-buku di sebelahnya ikut tergeser dan akhirnya berjatuhan. Dengan kerasnya suara yang mereka timbulkan, segera aku berjongkok untuk mengambilnya. Tidak peduli dengan rasa nyeri di kening kananku yang sempat terkena salah satu buku.

"Re! Kamu baik-baik aja?"

Aku tidak menyadari ada seseorang di hadapanku sekarang ini kalau saja ia tidak mengeluarkan suara. Aksa segera membantuku mengambil buku-buku tersebut dan menarik lenganku untuk berdiri.

Sorot matanya memandang lurus keningku, tangannya terangkat. Namun, terhenti ketika secara tidak sadar aku sedikit memundurkan badan.

"Sorry." Ia menggaruk tengkuknya. "Kamu baik-baik aja? Dahi kamu merah soalnya."

Aku meraba dahi kanan, merasakan sedikit nyeri. "I'm okay." Aku menyunggingkan senyum. Semoga saja tidak aneh.

Aksa mengambil buku dari tanganku dan mengembalikannya ke rak. "Buat tugas?"

Aku menggeleng. "Besok mau ada kuis."

Entah siapa yang memulai, kami berdua berjalan beriringan menuju tempat peminjaman buku. Sebelumnya tidak kusadari jika Aksa juga telah membawa buku di jinjingannya. Ia mempersilakanku untuk lebih dahulu.

Mysteriously MatchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang