37: Self-Conflict

142 15 4
                                    

Sampai di kantin, aku menemukan Nada yang sedang menunduk fokus pada ponsel di genggamannya. Ia mendongak ketika menyadari keberadaanku—terima kasih pada suara decitan kursi yang kutarik.

"Lama banget beli susu aja," komentarnya sambil meletakkan ponsel di meja.

"Banyak antrinya," jelasku singkat.

"Aku udah pesen bakmoy tadi. Sana beli dulu," ucap Nada sambil menggerakkan dagunya. "Alika masih kelas katanya."

Aku kemudian berdiri untuk berjalan sambil memilih menu apa yang akan kupilih sebagai makan siangku kali ini. Pilihan akhir setelah mondar-mandir selama lima menit adalah makanan seluruh umat mahasiswa alias ayam geprek. Setelah berhasil memesan, aku kembali ke meja untuk menunggu makanan diantar.

"Nanti malem mau ngerjain tugas MKE nggak, Re? Apa mau bucin?" tanya Nada dengan kedua alisnya yang naik-turun.

Aku berdecak dan memutar kedua bola mata. "Nugas."

Deadline untuk mata kuliah Mesin Konversi Energi memang masih Senin, tapi aku ingin menikmati weekend-ku sepenuhnya. Yaa, meskipun ada deadline lain yang masih menunggu, terutama praktikum.

"Eh, ada Damar sama Aksa, tuh." Pandangan Nada lurus ke belakangku.

Aku menoleh ke arah yang ia tuju. Benar saja. Damar dan Aksa yang sedang mengobrol tengah berjalan memasuki kantin. Hampir saja Nada akan mengangkat tangannya untuk melambai ke arah mereka. Untung saja aku mampu menghentikannya.

"Nad, ah!" Aku menggapai tangannya yang hampir terangkat.

"Kenapa, sih?" Nada mengerutkan keningnya.

"Ya nggak pa-pa. Lo juga kenapa tumben ramah banget?"

Nada mengangkat bahu. "Mungkin karena dies jadi membawa jiwa keramahanku naik sama mereka."

Aku kembali menoleh ke belakang. Aksa dan Damar telah duduk di kursi lain, cukup jauh dari posisi kami. Sepertinya mereka juga tidak melihat keberadaanku dan Nada.

Saat itu pesanan milik Nada datang.

"Re," panggil Nada.

Aku mendongak, mengalihkan perhatian dari layar ponsel. "Apa?"

"Hmm...ini aku yang ngerasa aja apa emang ada yang aneh antara kamu sama Aksa?" Nada sedikit menyipitkan matanya dan memajukan badan.

"Hah?" Aku tertawa grogi. "Aneh apaan. Biasa aja, ah."

Nada menggelengkan kepala dengan mata terpejam. "Sebelumnya emang aneh, tapi sekarang lebih aneh."

Aku berdehem. "Apa, sih, Nad. Nggak jelas."

"Sebelumnya tuh walau juga kalau ketemu seringnya berantem, ya biasa aja gitu. Sekarang... hm... gimana ya ngomongnya, yaa...aneh aja. Kaya sengaja menghindar?" Nada sedikit memiringkan kepalanya.

"Dari dulu gue menghindar?" Kedua alisku terangkat.

"Nggak, nggak. Dulu tuh...hmm..." Nada berdecak kesal. "Ya, udah, lah. Anggep aja emang biasa aja."

"Ya, emang biasa aja." Aku mengangkat kedua sudut bibirku.

Aku sepertinya harus berterima kasih kepada ayam geprek, karena ia datang di waktu yang tepat. Jujur saja, memang sebenarnya apa yang dikatakan Nada tidak salah seratus persen. Seperti yang sudah aku bilang berhari-hari lalu. Aneh saja rasanya untuk bertemu Aksa setelah peristiwa malam itu. Aku juga belum menceritakan hal tersebut kepada Nada dan Alika. Aku tidak ingin menambah beban pikiran kepalaku dengan komentar yang tidak perlu.

"BTW, mau dateng rapat yang dibilangin Randi?" tanya Nada dengan mulut penuh nasi.

"Buat pembubaran panitia itu? Bukannya wajib buat koor?" Aku menyuap nasi beserta ayam yang telah terlumuri sambal.

"Iya, sih. Kali aja, kan kamu mau bolos."

Aku mendecakkan lidah. "Gue nggak semales itu juga kali."

Nada hanya mengangkat bahu.



Mahesa

Ini baru sampe

Semoga aja cepet kelarnya

Regen

iyaa

makanya fokus duluu, biar cepet kelaarr

Mahesa

Jangen kangen ya

Regen

G


Aku menutup ruang percakapan dengan Mahesa. Ia tengah melakukan kerja kelompok yang ia bilang sebelumnya.

"Besok mau aku anter ke Magelang, Re?" celetuk Nada membuatku tersadar bahwa aku tidak seorang diri di kamar.

"Boleh, deh. Stress gue lama-lama ngadepin lo!"

Nada memberikan senyum lebar tak berdosa untuk sedetik kemudian kembali datar dan fokus kepada laptopnya. Di sisi lain, aku malah tidak bisa fokus setelah melihat ikon aplikasi huruf F dengan warna hitam.

Si M apa kabar, ya?

Aku membuka aplikasi tersebut. Chat terakhir kali yang terjadi di antara kami adalah dua minggu lalu. Entah sejak kapan percakapan kami mulai jarang.

Aku melihat langit-langit kamar. Apakah sejak aku berpacaran dengan Mahesa? Sepertinya setelah itu kami masih mengobrol biasa. Yaa, memang tidak sesering sebelumnya, tapi juga tidak sejarang ini. Apalagi isi pesan yang ada bisa dihitung jari berapa kata yang keluar.

Memang wajar saja, kalau M adalah Mahesa—dugaanku sampai sekarang—intensitas obrolan kami akan berkurang. Untuk apa juga membahas sesuatu dua kali atau bertukar pesan dengan orang yang sama di dua aplikasi yang berbeda.

Aku memukul kepalaku. Bukannya fokus mengerjakan tugas yang ada di hadapan, aku malah memikirkan hal yang tidak perlu. Namun, aku tidak bisa mengendalikannya. Jika benar M adalah Mahesa, aku seharusnya merasa senang. Akan tetapi, rasanya tetap saja berbeda. Sebelumnya aku berkeluh kesah dan bercerita kepadanya sebagai M, bukan Mahesa.

Berulang kali jemariku mengetikkan sesuatu. Sebanyak itu pula aku menghapusnya. Apakah aku akan mengganggunya nanti? Mahesa, kan, sedang melakukan kerja kelompok. Namun, bisa saja mereka orang yang berbeda. Kalau mereka adalah orang yang berbeda, apakah berarti aku sedang berselingkuh sekarang ini? Akan tetapi, bisa dikatakan berselingkuh apabila melibatkan perasaan bukan? Atau tidak?

Aku membuang napas kesal.


Regen

hi


Aku memejamkan mata erat. Setelah berdebat begitu lama, hanya itu pesan yang kukirimkan? Aku meletakkan dengan kasar ponselku di meja.

"Re! Ngagetin!" teriak Nada yang duduk bersila di atas karpet.

Aku meringis. "Sorry."

Aku menghirup dan melepas napas panjang. Lebih baik sekarang aku segera mengerjakan tugas.

Ternyata, aku memilih keputusan yang tepat untuk tidak menunggu balasannya. Karena malam itu, tidak pesan jawaban yang kembali untuk mengisi ruang percakapan kami.


Regen masih aja ya, ada Mahesa yang segitu perhatiannya, masih aja ngarep yang nggak jelas. jujur heran :")


You can support me through:

https://trakteer.id/dewiyuan

(bisa klik di external link yang ada atau di bioku, ya)

Your every support will be very much appreciated!! XOXO

Mysteriously MatchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang