❤️‍🩹BAB 20. JATUH CINTA?

253 22 1
                                    

Embusan angin menerpa wajah cantiknya, kedua kelopak mata indah Saira terpejam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Embusan angin menerpa wajah cantiknya, kedua kelopak mata indah Saira terpejam. Kerinduan, menenggelamkan Saira pada kisah masa lalu. Dunia tidak pernah menawarkan kebahagiaan yang abadi, tawa dan canda bak kebohongan di dalam khayalan. Ujung jari jemari lentiknya, terasa bergetar hebat.

TAP! TAP!

Telapak sepatu pantofel membuat gaduh, kedua kelopak mata gadis remaja itu terbuka perlahan. Ia membalikkan tubuhnya, sorot mata dengan iris indah itu penuh kehangatan.

"Pertunjukan piano yang indah, tidakkah kamu ingin men—"

"Orang bilang, Ayah adalah cinta anak perempuan mereka. Tetapi bagiku sosok Ayah yang aku temui adalah orang yang mengajarkan aku, bagaimana rasanya dihancurkan," potong Saira cepat, dan lirih. "Ah, kenapa aku harus mengatakan ini. Chesy dia ada di ruangan pesta," sambung Saira sebelum mengangkat gaunnya agar memudahkan kedua tungkai kakinya bergerak tuk menjauh.

"Apakah kamu sebenci itu pada Papa?" tanya Bobi terdengar berat, memasang ekspresi lelah.

Saira melirik ke arah sang ayah, lama sekali atensinya terarah pada sang ayah. Apa yang diinginkan oleh Bobi padanya? Lelaki ini yang membuangnya, melepaskan tangannya. Karena kegagalan dan perselingkuhan, lantas mengapa Saira yang tersakiti. Jika Saira kembali membuka hati, ayahnya akan kembali menyakiti dirinya. Toh! Di mata ayahnya anak tiri lebih disayangi daripada anak kandung.

"Benci atau gak, Papa cari tahu saja sendiri," balas Saira, sebelum kedua tungkai kakinya diayunkan.

"Tunggu! Siara, kamu—"

"Maaf, Om! Saira harus pulang. Om cari Chesy 'kan? Dia ada di aula pesta." Erlangga keluar dari tempat persembunyiannya, menghadang Bobi. Ekspresi Bobi terlihat terkejut dengan kehadiran Erlangga yang dinilai tiba-tiba.

"Ayo, pulang, Erlangga." Saira menarik tangan Erlangga menuju ke arah lorong membawa mereka ke parkiran sekolah.

Bobi melangkah lebar mengejar keduanya, apa-apaan anak lelaki itu. Berani-beraninya mencegah Bobi berbicara dengan putrinya, Bobi menarik dan menyetak pergerakan tangan Saira. Membuat gadis itu hampir terjerembab, Erlangga membesarkan pupil matanya.

"Apa-apaan sih, Om! Saira, kamu gak apa-apa?" Erlangga mengulurkan tangannya.

Bobi menepis tangan Erlangga dengan ekspresi wajah garang, Saira mengeleng. Ia berdiri dengan perlahan, pergelangan kakinya terasa sakit. Tarikan tiba-tiba ayahnya, membuat sepatu high heels yang ia pakai goyah hingga Saira kehilangan keseimbangannya.

"Kamu siapa? Dia ini putriku, kamu yang apa-apaan!" seru Bobi marah.

Saira meringis kecil, Erlangga menghela napas kasar. Kalau pun lelaki dewasa ini adalah ayah kandung Saira, lalu memangnya kenapa? Bukankah lelaki ini yang membuang gadis yang kini ia cekal kuat pergelangan tangannya itu?

ELEGI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang