Gadis berseragam putih abu-abu itu terlihat gelisah beberapa kali ia terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan sang pujaan hati, pertengkaran antara dirinya dan lelaki itu sudah berlalu sejak 2 hari yang lalu. Ia tidak mendapati keberadaan sang pujaan hati, mengirim pesan pun sama sekali tidak dilirik. Meskipun Erlangga jelas sekali sedang online, Chesy menghela napas kasar.
"Kamu kok gelisah begitu, Che?"
Chesy melongok ke arah samping, mendapati kehadiran sang sahabat.
"Aku nungguin Erlangga, dia dah 2 hari gak masuk sekolah. Aku khawatir sama dia," sahut Chesy lirih.
"Lah, kenapa gak kamu hubungin aja langsung. Daripada kamu nungguin dia di sini," ujar Gea dengan dahi berkerut.
Chesy perempuan yang dianggap akrab dengan Erlangga, si kapten basket beken satu itu. Aneh sekali melihat gelagat Chesy yang memilih untuk menunggu di pintu gerbang masuk gedung sekolah, dibandingkan langsung menghubungi Erlangga.
"Oh? Ah, itu... nomornya gak aktif. Kayaknya dia men-non aktifkan ponselnya," dusta Chesy dengan manik mata bergerak ke kanan dan ke kiri.
Gea mengangguk perlahan, bel sekolah menggema. Chesy mendesah kecewa, Gea merangkul tangan Chesy.
"Dah bel, nih. Mending kita masuk saja, kayaknya Erlangga hari pun gak masuk sekolah," kata Gea yang langsung diangkuki oleh Chesy sebagai jawaban.
Keduanya serentak mengayunkan langkah kaki sesekali terlihat berbincang-bincang perihal, pesta ulang tahun sekolah yang akan diadakan 3 hari lagi. Di pagi sampai sore sekolah akan mengadakan bazar, beberapa sekolah diundang untuk datang. Dan malam harinya mereka akan mengadakan pesta dengan beberapa pertunjukan mulai dari tarian, pertujukan musik, dan puisi.
***
Erlangga memperhatikan pergerakan gadis yang baru saja dibawa pulang dari rumah sakit, Saira terlihat lebih segar dari sebelumnya. Dahinya berkerut memperhatikan Saira yang keluar dari rumahnya, menuju pagar rumah. Keduanya memang tidak masuk sekolah hari ini, lantaran Saira belum begitu sehat. Sedangkan untuk Erlangga, pemuda satu ini berasalan untuk dirinya tidak enak badan. Agar tidak disuruh ke sekolah oleh kedua orang tuanya, rasanya malas sekali ke sekolah sedangkan gadis di bawah sana itu tidak ada.
"Oh, apakah itu ibunya?" tanya Erlangga entah pada siapa, kala melihat Siara berhenti tak jauh dari mobil sedan hitam.
Sedangkan di bawah sana terlihat Saira membuka pintu mobil di samping kemudi, masuk ke dalam tanpa menutup pintu.
Rahmi memperhatikan sang putri, lekat-lekat."Rumah siapa itu?" tanyanya dengan intonasi nada aneh di telinga Saira.
"Rumah teman sekolahku," sahut Saira cepat tanpa mengalihkan pandangan matanya ke arah sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...