Erlangga terlihat memasang jelas ekspresi tidak suka, kala melihat interaksi antara Saira dan Farel di balik meja. Ia berdecak kecil, tangannya terangkat atensi Erlangga jatuh pada arloji melingkar dipergelangan tangannya. Sudah saat gadis di depan sana berkemas-kemas, suasana kafe pun sudah mulai sepi. Saira menoleh ke arah meja pojok, di mana terlihat Erlangga masih duduk diam di sana.
"Kamu sama dia, pacaran?" tanya Farel terdengar pelan, karena penasaran.
Saira mengeleng cepat. "Gak, masa dia sama aku pacaran. Kamu gak lihat siapa dia, dan siapa aku. Kita gak sekasta," jawab Saira jujur.
Kepala Farel mengangguk-angguk paham, kepalanya melongok ke arah Erlangga. Menarik, bagaimana tidak? Si kapten basket berprestasi itu tertarik pada lawan jenis. Meskipun Farel tahu kalau Erlangga dikelilingi oleh para perempuan cantik dan berprestasi, lelaki itu sama sekali tidak pernah terlihat menunggui seorang perempuan.
"Terus apa hubungan kamu dengan dia?" Farel masih penasaran, selagi ia belum menemukan jawaban atas rasa penasarannya. Farel tidak akan diam saja.
"Kamu ingat apa yang pernah aku bilang sama kamu? Aku bekerja di rumah orang tuanya. Sebagai pembantu, dia Tuan muda di rumah itu," sahut Saira menjelaskan singkat saja.
Tangannya bergerak merapikan beberapa barang, yang lain terlihat membersihkan ruangan kafe. Farel menelengkan kepalanya ke samping kanan, mengusap perlahan dagunya.
"So, dia nungguin kamu pulang ke rumah. Mana ada Tuan muda yang menunggu salah seorang pekerja di rumahnya, kalau gak ada apa-apa," celetuk Farel mengutamakan apa yang sedang ia pikirkan.
Pergerakan Saira berhenti, ia membawa fokus matanya ke arah Erlangga yang juga menatap ke arahnya. Saira mengulas senyum tipis sekali, seperti mendesah berat.
"Mungkin dia merasa bertanggung jawab, kalau aku kenapa-napa. Bisa saja keluarganya ikut terseret, sampai di sana saja. Kamu jangan mikir yang aneh-aneh, gue sama dia itu terlalu impossible. Aku pulang dulu, ini dah malam banget buat aku pulang." Saira meletakkan apron kerjanya di dalam laci. Meraih tas sekolah yang berada di bawah meja kasir.
Gadis itu melangkah menuju ke arah Erlangga, lelaki itu terlihat bangkit dari posisi duduknya. Terlihat ada perbicangan kecil di antara antara Saira dan Erlangga, sebelum kedua melangkah ke luar dari ruangan kafe.
"Kamu gak ngerti laki-laki, Saira. Mana ada yang mau menunggu perempuan, yang statusnya cuma seorang pembantu. Dia kayaknya ada rasa sama kamu, tapi menarik juga. Chesy yang notabenenya saudara tiri Saira suka sama Erlangga. Tapi Erlangga malah suka sama Saira, drama cinta picisan yang menarik buat di tonton. Saira kayaknya berada di posisi yang salah, Chesy wanita ular itu sudah pasti gak akan tinggal diam. Aku jadi penasaran gimana akhirnya kisah cinta segitiga mereka," gumam Farel terdengar serak. Lelaki itu tersenyum menyeringai, pertanda ia tertarik
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...