Sebelah alis mata ditarik tinggi ke atas, kala kotak berukuran sedang diulurkan ke arah dirinya."Apa ini?" tanya Bastian dengan dahi berlipat.
"Gaun tempo hari, terima kasih banyak, Bastian!" Saira menarik media sisi bibirnya ke atas.
Bastian menerimanya, membuka kotak yang diberikan. Tangannya menutup kembali kotak yang diulurkan pada dirinya, mengembalikan kotak itu ke dalam pangkuan Saira.
"Eh," gumam Saira terkejut.
"Kamu ambil aja, lagian ini punya Nyokap. Gaun pertama yang Nyokap rancang, dan dipakai untuk acara fashion. Kamu ambil aja," tutur Bastian dengan santainya.
"Ha? Eh, tunggu! Jangan bilang kamu ambil ini gaun gak pakai izin dari ibumu?" tebak Saira dengan ekspresi wajah terkejut.
Bastian tertawa rendah, dan berkata, "Iya, begitulah. Lagian ini gaun di masukin ke dalam lemari dipajang gak jelas. Daripada cuma jadi pajangan mending diberikan pada gadis cantik kayak kamu. Toh, Nyokap dah tahu kalau aku ambil ini gaun. Dan melihat kamu mekek gaunnya, Nyokap gak marah kok."
Saira mengedipkan kedua kelopak matanya, terkejut sebenarnya dengan kegilaan Bastian. Saira mungkin tahu bahwasanya Bastian ini agak gila, akan tetapi tidak tahu jika lelaki bermata rubah ini lebih gila daripada apa yang ia pikirkan.
"Jadi intinya, kamu ambil aja. Kamh cantik memakainya," lanjut Bastian lembut.
Saira hanya mampu mengeleng kecil, Bastian melipat kedua tangannya di dada. Menyandarkan punggung belakangnya di tiang besi, menghadap ke arah Saira.
"Kamu gak mau ngaduin apa yang terjadi tempo hari?" Bastian menatap Saira dengan ekspresi khawatir.
"Aku gak mau banyak perhatian dari orang lain, aku mau sekolah di sini dengan tenang sampai nanti aku lulus," jawab Saira pelan.
Tidak akan ada baiknya jika ia mengadu, yang ada ayahnya yang akan datang dipanggil untuk perwakilan orang tua Chesy, tetapi untuk Saira? Gadis malang ini tidak punya orang tua yang siap sedia pasang badan untuk membela dirinya. Sosok orang tua yang berjuang untuk dirinya, daripada Saira harus kecewa dan tersakiti. Ada baiknya ia mengabaikan hal itu, menutup mata untuk perbuatan Chesy. Akan tetapi bukan berarti gadis ini akan membiarkan Chesy begitu saja, Saira akan membalas gadis itu.
"Loh, kenapa harus begitu? Kamu itu korban. Kalau kamu diam aja kayak gini, yang ada mereka akan semakin menjadi," protes Bastian kesal.
Saira terkekeh rendah, dan mengulas senyum tipis. Membuat dahi Bastian berkerut dalam, mendengar tawa rendah yang melambung.
"Orang-orang bilang kalau kamu itu biang onar, tetapi di mataku. Kamu itu hanya remaja kesepian, kamu memiliki sisi lembut yang orang lain gak ketahui," ujar Saira membuat air wajah Bastian berubah. "Makasih banget, Bastian. Aku beruntung punya teman kayak kamu, Fira, Farel, dan Max. Hah! Hidup ini berat, akan tetapi akan lebih berat lagi kalau kita terus berharap pada hal-hal semu," lanjut Saira. Manik mata indahnya bergerak melirik gugusan awan yang berarak-arak di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...