"Woi! Ga! Sini!" seruan cukup keras mengalun.
Erlangga membawa sorot matanya ke arah dua sosok lelaki yang sudah berada di meja bagian pojok kafe, ia menoleh ke arah Saira kembali.
"Aku kerja dulu, kamu nikmati aja waktu di sini," kata Saira sebelum melangkah meninggalkan Erlangga.
Pemuda dengan baju kaus hitam, dan celana abu-abu melangkah mendekati Restu dan Egi. Egi mengeleng kecil memperhatikan Erlangga tengah mendekat ke arah meja mereka, Erlangga tidak masuk sekolah hari ini. Terkesan mendadak untuk mereka, lantaran beberapa menit saat mereka saling kirim pesan WhatsApp. Erlangga mengatakan kalau ia 10 menit lagi akan sampai di sekolah, tiba-tiba saja tidak ada kabar sampai jam sekolah berakhir.
"Kamu bolos, Ga?" Restu melirik ke arah celana seragam sekolah yang masih Erlangga pakai.
Erlangga hanya mengangguk sekilas, serentak Egi dan Restu tepuk tangan pelan. Berganti-ganti berdecak takjub melihat kelakuan aneh Erlangga, pria berkulit putih pucat itu menggeser tubuh Egi ke samping. Mengambil posisi untuk lebih leluasa memperhatikan gadis di meja kasir, yang kini menuju ke arah meja barista.
"Apa gerangan, Ga? Kamu tiba-tiba bolos sekolah. Biasanya gak pernah," tanya Restu tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.
Erlangga melipat kedua tangannya di meja, menumpukan dagunya dengan santai memperhatikan gadis cantik di depan sana.
"Kayaknya sekali lihat pun udah jelas, deh, Res! Noh, lihat. Kapten basket kita ini bolos karena nemanin doi," timpal Egi mendapatkan gelengan tak percaya untuk kedua kalinya dari Restu."Wah! Kalau Erlangga udah jatuh cinta emang beda, Gi! Bucin parah," celuk Restu sebelum terkekeh kecil.
Erlangga berdecak kesal. "Diam! Kalian berdua!" titah Erlangga kesal.
Restu menyandarkan punggung belakangnya di kursi, dengan jari jemari telunjuk mengusap dagunya. Ikut melirik ke arah gadis yang tampak sibuk di depan sana, kalau diperlihatkan anak baru itu cantik. Meskipun sekolah telah gempar lantaran ulah Erlangga untuk pertama kalinya mengonceng perempuan pulang-pergi, apalagi Erlangga terang-terangan menggenggam tangan gadis itu melewati setiap lorong sekolah. Merasa ditatap, Saira membawa atensinya ke arah tiga remaja lelaki yang terlihat jelas memperhatikan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...