1 Tahun Kemudian
Rintik hujan begitu deras menghujam bumi, jari jemari lentik terlihat terulur. Erlangga memperhatikan gadis yang tampak tersenyum lepas, dikala jadi jemarinya bersentuhan dengan dingin air hujan yang turun. Rambut Saira tampak tumbuh hingga melewati daun telinganya, gadis ini telah melewati kehidupan dengan rasa sakit kepala yang teramat. Kedua orang tua Erlangga, sampai kedua orang tua Saira berjuang untuk kesehatan Saira. Meskipun keluarga Saira bersikeras untuk merawat gadis cantik satu ini, membebaskan Rahmi dan Bobi dari tanggung jawab.
"Coba ulurkan tanganmu," titah Saira ceria pada Erlangga.
Erlangga melakukan apa yang Saira katakan, jari jemarinya dihujani oleh rintik yang turun. Selama itu bukan air mata Saira, Erlangga tak masalah harus membasahi telapak tangannya.
"Bagaimana? Seru 'kan?" Saira kembali bersuara.
Kepala Erlangga mengangguk perlahan. "Aku jadi ingat hari itu, saat kita berdua pertama kali bertemu. Karena kamu gak ingat, aku akan mengatakannya." Erlangga melangkah maju ke depan. Ia berdiri tepat di samping kursi roda. Perlahan duduk di kursi kosong di samping Saira, gadis cantik itu tampak melirik ke arah Erlangga dengan ekspresi penasaran.
"Emangnya kita kayak apa bertemu pertama kalinya?" tanya Saira antusias, keduanya berbicara formal satu sama lain.
"Hari itu hujan deras, aku mengendarai mobil. Ya, sebenarnya aku pikir karena hujan gak akan banyak mobil yang akan lewat. Begitu pula dengan manusia, saat itu aku masih belum begitu bisa membawa mobil. Tiba-tiba saja kamu berdiri di depan mobil, beruntung aku dengan cepat menginjak rem. Nah, semuanya dimulai di hari rintik hujan turun deras. Seperti hari ini," tutur Erlangga menatap jauh ke depan sana.
"Oh, jadi apakah aku ditabrak atau gak jadi?" Saira melirik ke arah Erlangga, penasaran.
"Heeem... gak, katamu sih, gak. Kalau diulang aku akan memilih cara yang berbeda untuk bertemu dengan dirimu, mungkin seperti aku menemuimu di kelasmu. Dan memintamu menjadi kekasihku," sahut Erlangga lembut, kepalanya menoleh ke arah Saira.
Saira melirik Erlangga dengan sorot mata dalam, pemuda ini tampaknya mencintai dirinya begitu dalam.
"Kenapa? Kok menatapku seperti itu?" Erlangga mendadak jadi salah tingkah sendiri.
Saira menipiskan bibirnya, tangannya yang basah terulur. Menyentuh punggung tangan beser Erlangga, Saira mengulas senyum lebar.
"Aku memiliki sebuah permintaan yang sulit, gak tahu apakah kamu akan mengabulkan yang aku inginkan atau tidak," gumam Saira pelan, kedua kelopak mata Erlangga berkedip-kedip kecil.
"Permintaan, apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Erlangga, kini giliran Erlangga yang memasang ekspresi penasaran.
"Bisakah kamu berjanji satu hal padaku, dibandingkan permintaan. Aku ingin kamu berjanji," jawab Saira pelan. "Aku gak tahu bagaimana hubungan kita di masa lalu, seperti apa kita sebelumnya. Namun, satu hal yang aku simpulkan. Kamu mencintaiku, sangat. Berjanjilah padaku, jika tiba-tiba saja aku pergi selama-lamanya. Bisakah kamu berjanji untuk tetap hidup, dan tolong lupakan aku," lanjut Saira lirih, sorot matanya tampak berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...