Ratusan pasang mata menatap ke arah remaja perempuan yang melangkah bersisian dengan sang kapten basket, berbagai guratan ekspresi wajah tampak jelas. Saira tahu bagaimana irinya kaum Hawa akan kedekatan antara Saira si anak baru, dengan Erlangga, Saira tidak bisa menolak Erlangga. Pria ini terlampau gigih untuk mengantarkan Saira ke kelas, jujur saja. Pagi ini di rumah lelaki keturunan Prayoga satu ini begitu heboh, lantaran para pembantu rumah menggoda Saira. Hingga wajah Saira bak kepiting rebus, belum lagi saat di meja makan. Kedua orang tua Erlangga tidak ingin dikecualikan dalam menggoda Saira dan Erlangga. Meskipun beberapa kali mendapatkan protes dari Erlangga, sayangnya Rahayu dan Bambang tidak merasa jenuh untuk menggoda.
Langkah kaki keduanya berhenti melangkah kala pintu kelas Saira terlihat, Erlangga mengulum bibir bawahnya yang kering.
"Aku ada latihan basket hari ini, gak masalahkan kalau kamu menunggu beberapa menit 'kan?" tanya Erlangga dengan intonasi nada berat dan rendah.
"Kalau memang ada latihan basket, gak usah nganterin aku. Nanti aku ke kafe naik angkot aja," sahut Saira tak enak hati.
Pria satu ini terus mengantarkan dirinya kerja paruh waktu ke kafe, Erlangga sontak saja mengeleng. Yang benar saja, bagaimana bisa Erlangga membiarkan Saira pergi sendiri. Yang ada, Farel si cecungguk licik satu itu akan menawarkan Saira itu dibonceng olehnya. Erlangga tidak suka gadis pujaan hati, bersama terus dengan Farel. Itu baru si gila, belum lagi dua orang pria aneh lainnya. Si Bastian dan Max, menyebalkan sekali.
"Gak, akh akan nganterin kamu kerja. Kalau gak, manti aku minta izin telat sama Egi. Buat nganterin kamu, aku harus memastikan kalau kamu sampai di sana dengan selamat," tukas Erlangga dengan tegas.
Dahi Saira berkerut, dan berkata, "Kamu khawatir denganku, atau khawatir karena berpikir aku akan dibonceng sama Farel?"
Pupil mata Erlangga sontak saja melebar, benar saja tebakan Saira. Kalau lelaki yang tadi malam menyatakan perasaan cintanya pada dirinya, tidak ingin Saira dekat-dekat dengan pria lain. Kedua ujung bibir Saira berkedut ingin tersenyum lebar, lantaran dapat menebak isi kepala Erlangga.
"Siapa yang sangka, kalau kamu tahu juga caranya jadi cowok posesif," lanjut Saira menggoda Erlangga dan tersenyum lebar.
Erlangga mengaruk leher belakangnya yang tak gatal salah tingkah, lantaran ketahuan. Teman-teman satu kelas Saira, diam-diam menguping pembicaraan keduanya. Ada yang tersenyum geli, ada pula yang terkekeh kecil melihat dan mendengar roman picisan di pagi hari. Mana yang melakoni adegan adalah pria yang namanya di eluh-eluhkan para siswi.
"... pokoknya, kamu musti nungguin aku. Aku yang akan anterin kamu ke tempat kerja," pungkas Erlangga.
Saira merasa ditatap, melongok ke arah belakang. Teman-temannya sontak saja bergerak sok sibuk, mengalihkan tatapan mereka. Malu sendiri Saira, ternyata di dengar oleh teman-teman satu kelasnya, Fira malah mengedipkan sebelah matanya menggoda Saira. Kepala Saira mengeleng kecil ke adah Fira, sebelum bergerak kembali menengadah menatap Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...