❤️‍🩹BAB 31. CEMBURU

233 16 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Saira!" Fira melambaikan tangannya pada gadis yang baru saja datang.

Saira berjalan bersisian dengan Erlangga, lebih tepatnya sang kekasih yang mengikuti langkah kaki Saira. Saira mengulas senyum tipis melihat bagaimana antusiasnya Fira di depan sana menyambut kehadiran Saira, keduanya berhenti perlahan di perkumpulan siswa-siswi menunggu keberangkatan bus wisatawan. Sekolah SMA Tunas Bangsa untuk 3 hari ke depan melaksanakan acara perkemahan dan belajar dengan alam, untuk tema kali ini.

"Sini tasnya." Saira merentangkan kedua tangannya menyambut tas miliknya.

Erlangga mengeleng kecil, dan berkata, "Naiklah ke bus bersama Fira, ini biar aku yang masukan ke bagasi bus."

"Oke, kalau gitu aku duluan."

"Ya," sahut Erlangga, atensinya bergerak ke arah Fira. "Fir! Aku titip Saira, ya," lanjut Erlangga.

Fira mengacungkan ibu jarinya, dan mengangguk antusias. "Kamu tenang saja Erlangga! Kekasihmu yang cantik ini aman sama aku. Toh, anak-anak lelaki di kelas kami dah pada tahu. Siapa pemilik dari Saira Prawira, si kapten basket kebanggaan sekolah. Gak berani mereka saingan sama kamu, Ga," jawab Fira, mendapatkan kekehan renyah dari Erlangga sebagai balasan.

Erlangga melangkah menuju bagasi bus, Fira menarik pergelangan tangan Saira untuk masuk ke dalam bus mencari posisi tempat duduk. Keduanya terus melangkah ke arah deretan kursi depan, langkah kaki Fira dan Saira berhenti mendadak.

"Eh, kalian bertiga kayaknya salah bus. Ini bus kelas kita," sapa Fira melihat sosok lelaki jangkung yang tampak berdiri menghalangi jalan Saira dan Fira.

"Ya, tahu lah, kita orang. Tapi gak ada tuh larangan mau naik bus yang mana, mau sekelas atau beda kelas," jawab Bastian, ia mengulas senyum lima jari pada kedua gadis remaja di depannya itu.

Saira mengerutkan dahinya, dan berkata, "Kalau kalian bertiga naik bus ini, 3 bangku di sini akan langsung terisi. Otomatis gak cukup untuk anak kelas ini."

Bastian merangkul Saira dan Fira, pria begajulan itu berdiri di tengah-tengah keduanya.

"Kalian berdua tenang saja, 3 orang di kelas ini sudah bersedia dan mau untuk tukar bus. Kayanya sudah duduk di kursi bus kelas kami masing-masing," jawab Bastian seenaknya.

"Yakin bersedia?" Saira tidak yakin kalau teman sekelasnya itu bersedia untuk pergi ke bus kelas lain. "Bukan kalian bertiga yang memaksa mereka untuk pindah bus," lanjut Saira tampak mengintrogasi tiga pemuda, dua di antaranya sudah duduk dengan nyaman di bangku yang mereka pilih.

"Iya, bener banget. Mereka kayaknya sih gak suka dan rela, melainkan pasrah tapi tak rela pindah bus. Karena takut sama kalian bertiga," timpal Fira pun ikut menyakini, bahwasanya teman sekelasnya terpaksa.

"Ehei! Jangan berpikir buruk begitu dong, Fira! Saira! Kami bertiga gak memasak kok," tukas Bastian, berusaha menyakinkan.

"Lagipula mereka pindah ke bus lain mendapatkan kemudah serta beberapa fasilitas. Makanya mereka dengan senang hati pindah," celetuk Farel bersuara.

ELEGI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang