❤️‍🩹BAB 33. RENCANA JAHAT

221 15 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Suara panik orang-orang kala Max mengendong tubuh Saira yang terkulai lemah, Fira panik memanggil guru mereka. Air mata mengalir deras di pipi Fira, jari jemari Chesy bergetar hebat. Gea menarik-narik Chesy untuk mengikuti Max dan Fira di depan sana.

"Pak Guru! Tolong, tolong!" Fira nyaris merasa tercekik, berteriak keras di sela langkah kaki mengiringi Max.

Sebagian orang yang tampak sibuk, terkejut mendengar permintaan tolong Fira panik. Para guru yang berjaga di tenda bergerak cepat menyongsong Max, darah segar merembes di punggung Max hingga ke bagian depan tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" Kinanti bertanya panik, kala berada di depan Fira dan Max.

Embusan napas Max memburu, deru napas Saira terasa melemah.

"Sai—saira jatuh ke bebatuan Bu! Aku juga gak tahu apa yang terjadi. Chesy yang terpekik dan kami melihat Saira sudah terkapar di atas batu sungai," jawab Fira tergagap, ujung jari jemari Fira terasa sedingin es.

"Napas Saira terasa tersengal-sengal, Pak! Bu! Kita harus secepatnya membawa Saira ke puskesmas terdekat!" Max menyela, ia panik.

Kinanti mengangguk, suara dari arah selatan membuat mereka secara serentak membawa atensi ke arah Burhanuddin. Guru olahraga yang tampak membuka pintu mobil, untuk membawa Saira ke sana. Para siswa-siswi yang berada di area perkemahan langsung terdengar gaduh, sebagain siswa-siswi tersebar di hutan. Sebagian lagi memilih untuk kembali ke perkemahan, grup Erlangga masih belum kembali.

Mereka berbondong-bondong mengikuti Max yang membopong tubuh Saira masuk ke dalam mobil, lensa kamera di arahkan pada Max yang tengah panik membatu tubuh Saira masuk ke dalam mobil.

Ditengah kericuhan dan kepanikan yang terjadi, Gea menarik pergelangan tangan Chesy menuju tenda mereka. Suhu tubuh Chesy terasa begitu dingin, Gea menghentikan langkah kakinya kala mereka berdua telah masuk ke dalam tenda.

"Chesy! Sebenarnya apa yang terjadi, huh? Bukankah kamu bilang gak akan melalukan hal fatal. Ini lebih dari kata fatal, Chesy! Yang sedang kamu lakukan adalah tindakan kriminal." Gea menggoyang kedua sisi bahu Chesy, ekspresinya tampak panik dan ketakutan menjadi satu.

Bibir bawah Chesy bergetar hebat, jari jemarinya digenggam erat. "Ak—aky sungguh gak bermaksud kayak gini, Gea! Aku gak sengaja. Karena dia bawa-bawa Nyokap, aku menjadi kehilangan kewarasanku untuk sesaat," sahut Chesy panik.

Gea mengerang kesal, sebelah tangannya menyugar kasar surai hitam legamnya ke arah belakang. Ini benar-benar gila, apa yang harus ia katakan nanti. Secara tak langsung, Gea menjadi kaki tangan Chesy.

"Oke, kita berdua tenang dulu," sahut Gea, nyaris berbisik. "Intinya ini terjadi karena kamu gak sengaja ngedorong Saira, kan? Hingga dia jatuh ke sungai," sambung Gea, melirik ke arah Chesy.

ELEGI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang