"Maaf ya, Farel." Saira menunduk perlahan kepalanya, merasa bersalah karena tidak masuk kerja sudah 3 hari.
Bastian terlihat melirik ke arah Farel yang duduk di kursi taman sekolah dengan ekspresi penasaran, Bastian tahu kalau Saira bekerja di kafe keluarga Farel—sahabatnya. Ia sebenarnya bertanya-tanya alasan kenapa Saira tidak masuk sekolah, dan tidak pula terlihat di kafe keluarga Farel.
"Kamu santai aja, lagian yang ngurusin itu kafe tahu kalau kamu itu sakit. Paling ya, cuma gajimu aja dipotong sesuai dengan perhitungan per-jam. Kamu gak keberatan, kan?" Farel bersuara.
Kepala Saira langsung terangkat kembali mendengar balasan Farel, hanya dipotong gaji itu adalah hal paling ringan bagi Saira. Ketimbang dirinya dipecat dari kafe, lantaran 3 hari tidak masuk kerja. Walaupun Saira sudah menghubungi Yudi, yang memiliki posisi tangung jawab mengelola para karyawan.
"Kenapa? Kamu khawatir kalau kamu dipecat, huh!" Farel terkekeh renyah mendapati guratan wajah lucu Saira.
"Ya, aku pikir begitu," jawab Saira pelan sekali.
Bastian merasa diabaikan berada di sana, ia bangkit dari posisi duduknya. Merangkul bahu Saira, tidak lupa ia tersenyum lebar kala Saira melongok ke samping.
"Aku lapar banget, makan ke kantin, yuk. Aku yang bayarin kok," ajak Bastian dengan intonasi nada cerah.
Bastian menaik-turunkan kedua alis matanya, Saira mengulum bibir bawahnya. Perlahan melepaskan rangkulan Bastian di bahunya, membuat Bastian langsung saja cemberut.
"Kali ini aku gak ikutan ya, ada banyak sekali tugas yang harus gue kerjain. Sebab sudah 3 hari aku gak masuk sekolah," tutur Saira dengan nada lemah.
Ia tidak percaya sebegitu banyaknya tugas yang menumpuk, lantaran para guru yang sibuk. Memberikan tugas pada mereka, untuk mengisi ketidak hadiran mereka di kelas.
"Yaaah, masa kamu gak ikut makan. Kamu belum makan siang, kan. Yang ada kamu makin sakit, gini aja. Kamu bawa itu semua tugas-tugas ke sini, aku sama Farel bawain makan dari kantin ke sini," usul Bastian tak ingin membiarkan gadis bermata teduh ini pergi begitu saja.
Dahi Saira berkerut. "Mana boleh sama Bu kantin bawa-bawa mangkok keluar dari kantin, Bastian!"
"Kamu hanya perlu yakin padaku, jangankan bawa mangkok. Aku bawa meja kantin ke sini saja itu Bu kantin gak akan marah, asalkan kamu, tahu. Karena gak ada yang bisa melawanku!" Bastian menepuk-nepuk dada kirinya dengan dagu diangkat tinggi, tengah menyombongkan dirinya.
Saira terkekeh kecil mendengarnya, setidaknya ia sudah mulai paham dengan tingkah serta kebiasaan trio biang onar ini. Mereka dijauhi karena kebiasaan membuat keributan, tidak sekali, dua kali, meskipun demikian mereka tidak bisa mengeluarkan ketiganya sembarangan. Mengingat keluarganya disegani, hal hasil mereka dibiarkan begitu saja. Jika kelewatan batas maka mereka langsung dihukum, sesuai hukum sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...