❤️‍🩹BAB 7. KEBAHAGIAAN

283 22 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Embusan napas keduanya menderu-deru, peluh menetes deras di dahi masing-masing. Senyuman lebar terukur di bibir merah merekah Saira, kedua remaja yang menghabiskan waktu untuk bermain basket tampak kelelahan. Tergolek di lantai lapangan basket, menatap indahnya pemandangan yang disuguhkan oleh langit malam.
Bintang di atas langit tampak berkedip-kedip, indah sekali.

"Terima kasih, Ga!" kata Saira sebelum kembali menarik kedua sisi bibirnya ke atas. "Ternyata bermain basket menyenangkan juga, awalnya aku pikir. Cowok itu aneh, karena mengejar satu bola. Setelah didapat di oper ke keranjang," lanjutnya.

Erlangga melirik ke arah Saira dari ekor matanya, gadis ini terkesan rumit untuk Erlangga mengerti. Tidak ada rasa takut dan was-was terhadap lelaki, seperti saat ini. Ia berbaring nyaman di samping Erlangga, menatap lurus ke langit malam.

"Setidaknya gak seaneh para perempuan," sahut Erlangga pelan.

"He? Kok perempuan aneh?"

Erlangga menipiskan bibirnya. "Tuhan kasih alis tapi para perempuan suka menghapusnya dan menggambar lagi," jawab Erlangga sebelum kekeh kecil.

Saira diam tidak menyahut, apa yang dikatakan oleh Erlangga benar adanya. Keduanya menghabiskan waktu dalam diam, menikmati semilir angin yang berembus. Deru napas dan jantung yang berirama, Saira merasa sedikit lebih baik.

"Apakah aku terlihat memalukan?" tanya Saira tiba-tiba.

Alis mata mata tebal milik Erlangga ditarik tinggi ke atas. "Memalukan yang bagaimana yang kamu maksud?" Erlangga tak mengerti apa yang dikatakan oleh gadis di sampingnya itu.

"Aku terlalu sering terlihat menangis, kelihatan kayak anak perempuan cengeng," tutur Saira pelan.

"Gak juga, tuh. Kamu cuma menangis karena masalah keluarga, aku pikir kamu cuma lemah kalau sudah masalah keluarga. Di mataku sendiri, aku lihat kamu adalah sosok perempuan yang kuat. Ya, karena gak semua perempuan yang menangis itu memalukan dan lemah," jawabnya pelan.

Saira menoleh ke samping, menatap ke arah Erlangga. Merasa ditatap Erlangga pun melongok ke arah Saira, ekspresi wajahnya penuh tanya.

"Kamu mau tahu arti namaku, gak?" tanya masih menatap manik mata Erlangga lekat.

"Apa arti namamu?"

"Kebahagiaan," sahut Saira lirih, ia mengulum bibirnya. "Kata Mama dan Papa maunya aku hidup diliput kebahagiaan, tapi terkadang arti nama gak selalu bisa selaras dengan kehidupan," sambung Saira.

Atensinya kembali dibawa ke arah langit berbintang, Erlangga diam untuk beberapa saat. Arti nama gadis remaja di sampingnya itu sangat bagus.

"Kalau begitu tujuan hidupmu, diubah aja jadi mencari kebahagiaan. Semua yang kamu lakuin demi kebahagiaanmu sendiri. Hidup sesimpel itu, Saira. Kebahagiaan yang cuma dari dirimu sendiri yang bisa mewujudkan, gak tergantung pada orang lain," ucap Erlangga terdengar bijak.

ELEGI (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang