Bahu Saira disenggol pelan, gadis itu menoleh ke arah samping. Fira tersenyum aneh, mengundang kerutan di dahi Saira.
"Kenapa?" tanya Saira tak mengerti.
Guru bahasa Indonesia tengah menerangkan materi di depan sana, tadinya Saira terlihat begitu serius mendengarkan penjelasan sang guru. Namun, Fira membuyarkan konsentrasi Saira, Fira menggeser perlahan bangkunya agar bisa lebih dekat dengan Saira.
"Kamu sama Erlangga, udah jadian?" tanya Fira pelan sekali.
Ah, itu ternyata yang ditanyai oleh Fira. Saira pikir apa yang membuat sang teman satu mejanya ini memilih menganggu waktu belajarnya, ia pikir ada hal penting. Nyatanya rasa penasaran yang sedari tadi menggelitik rasa ingin tahu Fira, membuat gadis itu tak bisa menunggu.
"Gak," jawab Saira terdengar rendah, singkat, padat, dan jelas.
Kedua ujung alis mata tipis Fira langsung mengerut, kala ia mendengar jawaban dari Saira.
"Ih, kok, gak jujur gitu sama aku. Gak mungkin gak jadian tapi malah digandeng sampai ke kelas," tukas Fira tak percaya dengan jawaban Saira.
Bibir Saira berkedut, ingin menjawab. Suara sang guru di depan sana meminta anak murid membuka buku paket halaman 21, mengurungkan niat Saira untuk menjawab.
"Nanti kita bicarakan, kita kerjakan dahulu ini tugas, oke!" Saira bergerak meraih buku paket bahasa Indonesia.
Fira menghela napas berat, gagal sudah untuk dirinya memenuhi rasa ingin tahunya. Tangan pun meraih buku paket yang ada di depannya, mengikuti jejak sang teman.
***
Bel berbunyi nyari 5 menit yang lalu, kelas terlah bubar. Erlangga mengeluarkan beberapa keperluan untuk rapat OSIS, pergerakan tangannya berhenti kala mendengar decit kaki kursi beradu dengan lantai marmer.
"Kamu sebegitu beraninya mengandeng cewek hari ini, Erlangga. Biar aku tebak, apakah seorang pria dingin kayak kamu beneran jatuh cinta. Atau malah cuma mempermainkan perempuan polos kayak dia," celetuk Farel mengalun.
Erlangga menutup resleting tasnya, tegak dengan lurus membalikkan tubuh mengahadap ke arah Farel. Sebelah alis mata tebalnya terangkat, Farel memang sedari awal agaknya tidak menyukai Erlangga. Bagi Erlangga sendiri, ia tidak begitu peduli dengan eksistensi kehadiran Farel. Anehnya mereka sedari SMP sampai sekarang berada di SMA, selalu berada di kelas yang sama dengan dan sekolah yang sama pula.
Entah itu takdir atau hanyalah sebuah kebetulan semata, yang jelas. Di mata Erlangga, lelaki si biang onar itu tidak menyukai kehadirannya. Itu terlihat sangat amat jelas, meskipun Erlangga sendiri tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya.
"Aku gak peduli apa yang ada di otakmu itu, dan aku gak punya kewajiban untuk menjelaskan perasaan aku sama siapa pun. Ya, termasuk kamu," sahut Erlangga datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...