Manik matanya mengedar menatap sekeliling, rumah sang ibu jauh lebih besar dibandingkan milik ayahnya. Namun pihak keamanan tidak memberikan izin untuk Saira masuk, lantaran hanya ada seorang pembantu di dalam rumah. Lama sekali ia menunggu sang ibu di luar gerbang rumah, sampai mobil yang ia kenali berhenti tepat di depan gerbang.
Satpam membuka gerbang rumah dengan lebar, mobil memasuki pekarangan rumah. Saira melongok menatap ke arah ibunya yang keluar disusul oleh dua orang anak lelaki berusia 6 tahun, keduanya kembar indentik.
"Ma!" seru Saira dengan lantang membuat Rahmi menoleh ke belakang.
Pupil matanya membesar, seorang pria berkebangsaan Amerika tampak keluar dari mobil. Ikut melirik ke arah Saira, gadis remaja lengkap dengan baju seragam sekolah yang membalut tubuhnya. Pria itu jelas tahu bahwa istrinya pernah menikah dan memiliki satu orang putri, katanya anak itu diasuh oleh orang tua dari pihak ayah.
"Saira," gumam Rahmi lirih.
Saira melangkah masuk, satpam itu terbengong mendengar gadis remaja yang ia minta menunggu di luar malah memanggil majikannya dengan panggilan ibu.
"Rafael! Raffi! Masuklah ke dalam bersama Daddy. Mommy harus berbicara dengan Kakak itu dahulu," tutur Rahmi pada kedua putra kembarnya.
Saira masih tampak tersenyum ramah pada anak lelaki tampan yang dilahirkan oleh ibunya, keduanya serentak mengangguk dan melangkahkan menuju ke arah ayahnya. Ketiganya melangkah menuju teras rumah, sorot mata Rahmi yang penuh cinta berubah dalam hitungan detik.
"Ayo, bicara di gazebo," titah Rahmi dengan ekspresi wajah datar.
Wanita berpenampilan modis dan aroma parfum yang begitu harum memimpin jalan, Saira mengangguk mengikuti langkah kaki sang ibu. Keduanya berhenti di gazebo, duduk berdampingan.
"Apa yang membuatmu datang ke sini, Saira?" tanya Rahmi sebelum membawa sorot matanya penuh tanya pada sang putri.
"Anu... aku rindu sama Mama," sahutnya lirih. "Karena Mama sulit untuk dihubungi, aku ingat Mama pernah ngomongin alamat rumah Mama. Jadi aku datang ke sini," sambungnya jujur.
Saira sungguh ingin melihat sang ibu, memeluk ibunya. Ia ingin mengadu, bagaimana perlakuan ayahnya, istri ayahnya, serta anak-anak ayahnya. Berharap ibunya akan memberikan ia dukungan, sebagai seorang ibu.
"Hah!" desah Rahmi terdengar berat. Rahmi menoleh ke arah samping. "Kamu tahu 'kan? Mama ini super-duper sibuk, Saira. Mengurus makeup artis, sampai mengurusi keluarga Mama. Mama gak mau gagal lagi dalam rumah tangga serta karir. Mama akan menyempatkan waktu buat kamu, saat Mama gak sibuk tentunya. Kalau kamu tiba-tiba datang ke sini, gak ngomong dulu. Yang ada orang-orang di sekitar Mama gak akan nyaman, Saira. Kamu udah gede, pasti paham apa yang Mama maksud," lanjut Rahmi seakan-akan mengatakan kedatangan Saira ke rumahnya membuat ia dan keluarga barunya tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI (END)
Teen FictionJudul awal "Love Me, Please" Senandung nada "Syair Dukacita" merupakan musik yang hanya dapat didengarkan, dunia terus berputar. Namun, mengapa rindunya tak pernah pudar? Dunia orang lain tampak baik-baik saja. Tetapi dunia Erlangga tidak lagi begi...