5. Confession

2.2K 116 50
                                    

Happy reading

Jangan lupa vote dan komen

🤍

        

           
"BUBU.... ADEK PULAAAANG!" teriak Javvas dari teras rumah.

Jay dan Thami yang sedang berada ruang tamu saling pandang lalu tersenyum mendengar teriakan sang putra.

"Sudah baikan rupanya," ucap Jay.

Thami lekas berdiri. Ia menyambut sang putra tepat di balik pintu. Ketika sosok Javvas muncul ia merentangkan kedua tangannya. Remaja itu menyambut pelukannya seraya tersenyum manis. Ia peluk erat Thami cukup lama.

"Adek kangen," ucapnya manja.

Thami terkekeh.

"Tadi pagi ketemu lo padahal," ucapnya.

"Iya, tapi kan gak pelukan lama," ucap Javvas.

"Salah sendiri ngambek," sahut Jay.

"Loh, Ayah? Koq ada di rumah?" tanya Javvas heran.

"Iya, kerjaan ayah sudah selesai semua. Ayah juga punya rencana mau ngajakin kalian jalan," ucap Jay.

"Eung? Jalan?" tanya Javvas.

"Iya. Kenapa? Gak mau?"

"Mau sih, cuma..."

"Cuma apa?"

"Adek udah janjian sama abang."

"Oh, udah baikan nihh ceritanya.. Udah gak ngambek lagi?"

"Masih marah. Dikit. Makanya nanti adek mau nguras dompet Abang."

Setelah mengucapkannya Javvas tersenyum licik. Kedua orang tuanya hanya tertawa.

"Kasian abang dong," ucap Thami.

"Alah Bu, tabungan abang kan banyak. Gak akan abis cuma buat nraktir adek semalem doang. Lagian kalo abis kan ada mesin ATM," ucap Javvas seraya melirik sang ayah.

Jay hanya geleng-geleng kepala.

"Dasar!" ujarnya seraya tersenyum.

"Adek kan punya uang sendiri," ucap Thami lagi.

"Emang. Tapi ini bukan adek yang minta koq. Abang sendiri yang mau nraktir adek. Tadi waktu di parkiran sekolah bilangnya," ucap Javvas bersemangat.

"Ya udah gapapa. Nanti biar ayah transfer ke abang buat jajan kalian berdua," ucap Jay akhirnya.

"Yey! Makasih Ayah! Ayah emang yang terbaik!" pekik Javvas girang.

Ia merangsek memeluk sang ayah lalu berlalu secepat kilat menuju kamarnya seraya bersenandung. Jay dan Thami memperhatikannya tanpa melepas senyum mereka.

"Seneng liat adek happy lagi kaya' gitu," ucap Thami.

Jay mengangguk.

"Kita beruntung. Anak-anak kita pada akur. Marahan juga gak pernah lama-lama. Keputusan kita buat ngasih adik buat Mario memang benar. Dia jadi punya temen di keluarga kecil kita," ucap Jay.

Rona bahagia nampak di wajah pria tersebut.

"Kamu benar Jay. Padahal dulu aku sempet gak yakin karena jarak usia mereka berdua berdekatan. Tapi ternyata mereka bisa akur dan saling menyayangi. Kita beruntung memiliki Javvas dalam hidup kita, Jay," ucap Thami sendu.

"Iya, Sayang. Javvas malaikat kecil yang Tuhan kirim buat keluarga kita. Walaupun ada luka di balik kehadirannya," lirih Jay.

Ia menatap sang istri yang memasang wajah sendu.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang