Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
🤍
Jay dan Thami berjalan terburu-buru di lorong rumah sakit. Mereka terkejut kala pidak sekolah menghubungi dan mengatakan bahwa putra bungsu mereka mengalami cidera dan dilarikan ke rumah sakit. Saat sampai di ruang rawat Javvas, Pak Thomy serta Bu Nia menyambut keduanya.
"Selamat Siang Pak Jayed," sapa Pak Thomy seraya menjulurkan tangan.
"Siang Pak. Bagaimana keadaan putra Kami? Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Jayed yang menyambut jabatan tangan sang wakasek.
"Javvas masih belum sadar. Dia ada di dalam bersama Mario dan Lui. Mengenai apa yang terjadi..."
Thomy menjeda kalimatnya. Ia saling pandang dengan sang wali kelas.
"Maaf Pak Jayed, Bu Thami, Javvas mengalami gegar otak ringan akibat benturan di kepalanya," ucap Nia menyambung kalimat Thomy.
Jay dan Thami terkejut mendengar pernyataan Nia.
"Jav mengalami benturan? Bagaimana bisa? Apa dia jatuh? Tapi setahu kami, hari ini putra kami tidak ada jadwal latihan basket," pekik Thami.
"Jav memang tidak jatuh, Bu. Tapi.. Eum.. Mohon maaf, salah satu siswa kelas XII memukul kepalanya dengan tongkat bisbol."
Nia mengucapkannya dengan ragu-ragu. Karena sesungguhnya Jayed dan Thami merupakan Ketua Komite di SMA Neo. Selain itu keduanya merupakan donatur tetap di sekolah untuk membiayai siswa-siswi tak mampu. Dan ketika sesuatu menimpa putra mereka saat di sekolah, membuatnya merasa tidak enak hati.
"DIPUKUL?" pekik keduanya berbarengan.
"Iya, Pak, Bu."
"Siapa yang memukulnya? Dan apa alasannya? Apa Jav telah melakukan suatu kesalahan sampai harus dipukul pakai tongkat seperti itu?" rentetan pertanyaan keluar dari bibir Thami.
Ia tak dapat menahan diri untuk tak bertanya. Sementara sang suami hanya menatap kedua guru di hadapannya dengan tatapan dingin. Ia merasa kesal putranya mengalami pemukulan di sekolah. Ia menilai pihak sekolah telah lalai.
Nia lalu menjelaskan dan menceritakan semua yang diketahuinya dari para muridnya. Selama bercerita berkali-kali ia menyampaikan permohonan maaf. Ia sedikit gentar melihat ekspresi dingin Jay. Berbeda dengan sang istri yang walaupun tampak marah dan kecewa, namun masih dapat mengontrol ekspresi wajahnya.
Thami menghela nafas panjang.
"Itulah pentingnya CCTV di setiap sudut lorong. Supaya kita bisa mengetahui apa yang terjadi pada anak-anak," ucapnya tenang.
"Anda benar, Bu Thami. Kami akan mempertimbangkan soal itu," ucap Thomy.
"Mengapa masih harus segera dipertimbangkan lagi? Apa tidak cukup putra saya sudah menjadi korbannya? Apa Anda ingin ada anak lain yang mengalami seperti yang Javvas alami?" ucap Jay dingin.
Kedua orang di depannya terdiam tak berkutik.
"Saya pikir SMA Neo adalah sekolah elite dan terpandang. Oleh sebab itu kami mempercayakan kedua putra kami bersekolah di sana. Tapi ternyata keamanan dan ketentramannya sangat kurang. Saya sebagai orang tua murid sungguh sangat kecewa," sambung Jay.
"Maafkan kami, Pak Jayed dan Bu Thami. Kami telah lalai," ucap Thomy.
"Akan kami maafkan jika memang putra kami benar-benar tidak mengalami cedera serius. Tapi mohon perketat lagi keamanan di sekolah. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Atau saya akan mencabut semua donasi saya pada sekolah." Ketegasan Jay tak terbantahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex | MarkNo (END)
RomanceKetika cinta jatuh pada orang yang tepat tapi pada tempat yang salah. Salahkah bila mencintai saudara sendiri? BxB MarkNo